Waduh! Presiden Timor Leste Xanana Gusmao Bentak Rocky Gerung di Depan Umum, Ada Apa?

- Kamis, 19 Juni 2025 | 13:10 WIB
Waduh! Presiden Timor Leste Xanana Gusmao Bentak Rocky Gerung di Depan Umum, Ada Apa?




PARADAPOS.COM - Dikenal sebagai filsuf dengan lidah setajam silet yang mampu membuat lawan debatnya mati kutu, Rocky Gerung akhirnya bertemu 'lawan' yang sepadan, bahkan mungkin lebih.


Dalam sebuah momen yang terdapat dalam kanal Rocky Gerung Official di YouTube, Rocky tampak tak berkutik saat 'dibentak' oleh negarawan dan pejuang kemerdekaan Timor Leste, Xanana Gusmao.


Dikutip hari Kamis (19/6/2025), kejadian tak terduga di GMN Forum II di Timor Leste ini sontak menjadi perbincangan panas netizen.


Aksi panggung Xanana yang penuh penekanan dan sindiran cerdas seolah menjadi 'kuliah' langsung bagi sang pengkritik istana.


Apakah ini pertanda Rocky Gerung telah menemukan pawangnya?


Momen puncak yang membuat seisi ruangan tertawa sekaligus tegang terjadi saat Xanana Gusmao sedang berapi-api menjelaskan gagasannya.


Merasa gemas dengan kondisi politik dan intelektual, Xanana berjalan ke arah podium dan dengan suara lantang menunjuk ke arah panelis, termasuk Rocky Gerung.


"Tolong!" seru Xanana dengan intonasi tinggi, menunjuk ke arah kursi panelis Rocky.


"Tolong!" ulangnya lagi dengan gestur tangan yang lebih tegas.


Rocky Gerung, yang memahami isyarat retoris tersebut, langsung bereaksi dengan jenaka.


Sambil tertawa, ia berakting seolah-olah terdorong dari kursinya, bangkit, dan hampir meninggalkan panggung, yang disambut gelak tawa hadirin.


Rocky sendiri mengomentari momen itu, "Ini 'tolong'-nya itu keras, artinya patriarki," yang semakin mencairkan suasana.


Meski dibalut humor, pesan Xanana terasa menusuk: ia meminta para pemikir untuk tidak hanya duduk manis di kursi mereka, tetapi bertindak.


Sindiran Cerdas 'Bucendi': Lelucon yang Membuat Rocky Terpingkal


Tak hanya dengan bentakan retoris, Xanana juga "menyerang" Rocky dengan lelucon cerdas yang menohok.


Saat bercerita tentang pengalamannya dan membandingkan dirinya dengan Rocky, Xanana melontarkan sebuah akronim tak terduga.


"Mungkin Bucendi. Tahu apa Bucendi? Bule Cetak Sendiri!" ujar Xanana, yang langsung membuat Rocky Gerung tertawa terbahak-bahak hingga memegangi kepalanya.


Lelucon ini bukan sekadar candaan. Ini adalah cara Xanana untuk mengatakan bahwa ia adalah produk perjuangan nyata di lapangan, bukan sekadar seorang pemikir "buatan" atau produk teoretis.


Rocky, yang biasanya menjadi pelempar lelucon, kali ini menjadi targetnya dan tampak sangat menikmati sindiran cerdas tersebut.


👇👇



Sistem Pendidikan Seperti Mesin Fotokopi


Tampil dengan penuh semangat, Xanana Gusmao menyoroti masalah fundamental yang ia lihat di banyak negara, termasuk yang baru merdeka seperti Timor-Leste.


Ia gelisah melihat sistem pendidikan yang hanya berfokus pada gelar dan pengetahuan teknis, namun gagal mengajarkan hal yang paling esensial.


"Yang penting adalah pendidikan yang bisa membantu mereka (generasi muda) berpikir," tegas Xanana.


Menurutnya, banyak institusi pendidikan di dunia kini hanya menjadi tempat "fotokopi" ilmu pengetahuan tanpa mengajarkan cara mengolahnya.


"Pengetahuan yang ada di dunia itu fotokopi saja, fotokopi saja kasih ini (ke mahasiswa)," ujarnya dengan nada menyindir.


Ia mengkritik keras para penanggung jawab kebijakan yang hanya mengikuti aturan hukum secara buta (follow the law) tanpa memiliki "perasaan sosial" untuk melihat dampak sebenarnya di masyarakat.


Akibatnya, hukum menjadi kaku dan tidak berpihak pada keadilan substansial. Bagi Xanana, krisis terbesar adalah krisis logika dan filsafat.


"Cara berpikir, logika, filsafat. Ini yang... kalau tidak, tidak bisa membantu," katanya.


Rocky Gerung: Dari Diplomasi Otak ke Diplomasi Dagang


Menyambung kegelisahan Xanana, Rocky Gerung memberikan analisis tajam mengenai pergeseran makna diplomasi di panggung global.


Menurutnya, diplomasi pada hakikatnya adalah upaya luhur untuk menghindari perang dan kekerasan melalui pertarungan otak.


"Diplomasi itu adalah upaya untuk menghindari politik kekerasan," ujar Rocky.


Namun, hakikat itu kini telah tergerus. Di era modern yang didominasi efisiensi teknologi dan kepentingan ekonomi, diplomasi kehilangan jiwanya.


Perang tidak lagi dianggap biadab, melainkan efisien, karena bisa dilakukan dari jarak jauh menggunakan drone dan kecerdasan buatan (AI).


Akibatnya, fungsi diplomasi pun direduksi secara drastis.


"Ilmu diplomasi sekarang diubah menjadi ilmu untuk memungkinkan ada transaksi dagang dengan negara lain. Cuma itu sekarang," kritik Rocky.


Ia menjelaskan bahwa diplomasi tidak lagi menjadi ajang adu retorika dan logika untuk mencari kebenaran, melainkan hanya menjadi alat untuk memuluskan kepentingan ekonomi. 


Kemampuan bernegosiasi kini digantikan oleh model-model ekonometri yang dingin dan transaksional.


Jalan Keluar: Moralitas Negara Kecil dan Kekuatan Akal Sehat


Di tengah pesimisme ini, Rocky Gerung justru melihat secercah harapan dari negara-negara kecil seperti Timor-Leste.


Ketika negara-negara adidaya terjebak dalam absurditas perang nuklir—di mana "menang jadi arang, kalah jadi abu"—justru negara kecillah yang memiliki kekuatan moral untuk bersuara.


"Siapa yang bisa menegur itu? Bukan negara besar. Negara kecil harus menegur itu," tegasnya.


Rocky mendorong agar Timor-Leste tidak terjebak dalam perlombaan senjata, melainkan mengunggulkan apa yang menjadi kekuatannya: diplomasi yang berbasis pada pertarungan pikiran dan moral.


Ide ini sejalan dengan seruan Xanana untuk menghidupkan kembali pendidikan yang mengasah logika dan filsafat.


Sumber: Suara

Komentar

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini