Prabowo juga dinilai sedang membalikkan peta kekuasaan nasional.
Jika selama ini ia dianggap berada di bayang-bayang Jokowi, kini perlahan-lahan ia mulai menjadi pengendali sesungguhnya.
Namun, Gde Siriana memperingatkan bahwa Jokowi juga bukan tokoh yang pasif.
Ia masih punya banyak cara untuk menahan laju konsolidasi Prabowo.
Jokowi disebut masih aktif “main belakang” dengan mengandalkan loyalis di kabinet, elite partai, dan birokrasi.
Selain itu, jaringan relawan, pengaruh di BIN, BUMN, serta kekuatan komunikasi publik yang dibangun selama dua periode kepemimpinan masih cukup kuat.
Bahkan, kehadiran Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka disebut-sebut sebagai bagian dari “check and balance” internal terhadap Prabowo.
“Kalau situasi memanas, jangan heran kalau nanti ada serangan balik, misalnya membuka kasus lama Prabowo atau lingkaran dekatnya. Ini permainan catur kekuasaan,” tegas Gde Siriana.
Masa transisi dari pemerintahan Jokowi ke Prabowo saat ini menjadi momen paling sensitif dalam politik nasional.
Masing-masing pihak berusaha mengamankan kepentingan, sambil tetap menunjukkan seolah-olah stabilitas nasional tidak terganggu.
Gde Siriana menilai, strategi “shadow purge” yang dilakukan Prabowo bisa efektif dalam jangka pendek.
Namun jika Jokowi memutuskan “membuka papan catur”, maka kontestasi politik Indonesia bisa kembali memanas, bahkan sebelum pelantikan Presiden baru pada Oktober 2024 mendatang.
Sumber: JakartaSatu
Artikel Terkait
Afeela by Sony Honda: Mobil Listrik Pertama dengan PS Remote Play untuk Main Game PS5/4
Viral Pria Ludahi Kasir Swalayan di Makassar: Kronologi, Identitas Oknum Dosen UIM, & Proses Hukum
Media Wahyudi Askar Kritik MBG Saat Libur Sekolah: Potensi Rugikan Negara Rp2,8 Triliun
Klaim Elida Netti Sentuh Ijazah Jokowi: Bantahan Kubu Roy Suryo & Fakta Gelar Perkara