Sebagian mungkin akan membela dengan dalih bahwa ini hanya manuver politik, bahwa Jokowi telah dua kali terpilih secara demokratis, dan bahwa isu ijazah ini hanyalah fitnah belaka.
Namun bila demikian, mengapa pembuktian terhadap keaslian ijazah itu tak pernah diselesaikan secara terbuka dan tuntas?
Jika benar tidak ada yang disembunyikan, bukankah lebih mudah menunjukkan bukti otentik, bukan sekadar legalisasi fotokopi?
Diamnya negara, terutama lembaga seperti KPU yang seharusnya menjaga integritas proses demokrasi, memperburuk kecurigaan.
Dalam sistem yang sehat, KPU wajib menyimpan dan memverifikasi seluruh dokumen pencalonan, bukan justru kehilangan atau abai.
Diamnya Jokowi, di sisi lain, memperlihatkan ketidakpedulian terhadap pertanyaan moral dan integritas personal yang semestinya dijunjung tinggi oleh seorang Presiden.
Kita tak sedang memburu masa lalu seseorang untuk mempermalukannya, melainkan ingin memastikan bahwa pemimpin kita lahir dari proses yang benar, jujur, dan bertanggung jawab.
Di sinilah esensi demokrasi diuji. Demokrasi bukan hanya soal pemilu, tetapi juga soal kejujuran, keterbukaan, dan akuntabilitas.
Selama pertanyaan-pertanyaan ini tak dijawab, selama dokumen-dokumen itu tak muncul, dan selama klarifikasi tak pernah datang, maka setiap warga negara berhak untuk terus bertanya: siapa sebenarnya yang sedang kita sebut sebagai Presiden? Dan apa yang sebenarnya sedang ditutupi oleh diam yang berkepanjangan itu?
Jokowi Nikmati Pemberitaan Ijazah Palsu
Keputusan Presiden ke-7 RI Joko Widodo alias Jokowi untuk melaporkan sejumlah pihak yang memintanya menunjukkan ijazah asli dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM), merupakan strategi ayah Wapres Gibran Rakabuming Raka untuk merawat popularitas usai lengser dari kekuasaan.
Demikian dikatakan pakar politik Prof Ryaas Rasyid dikutip dari Youtube Kanal SA, Kamis 24 Juli 2025.
"Beliau ini kelihatannya menikmati suasana pemberitaan yang simpang siur itu. Kan itu lagi popular," kata Ryaas.
Ryaas menilai sejak masuk panggung politik lewat Pilkada Solo, Pilkada DKI Jakarta hingga Pilpres, Jokowi merupakan salah satu pemimpin yang mendambakan popularitas.
"Terlepas (popularitas) positif atau negatif, terpenting disebut-sebut. Alam Bawah sadarnya mungkin begitu," kata Ryaas.
[VIDEO]
Sumber: FusilatNews
Artikel Terkait
Raisa Dijodohkan dengan Sosok Misterius? Restu Sang Ibunda Kembali Menjadi Bahan Pembicaraan!
Ammar Zoni Dijebak dalam Kasus Narkoba? Ini Klaim Mengejutkan Sang Aktor!
Harga Kereta Cepat China vs Whoosh: Seorang Ekonom Membuka Fakta yang Mengejutkan!
Rocky Gerung Sebut Survei Gibran Terlalu Indah untuk Dipercaya: Peluang Duaan dengan Prabowo Habis?