PARADAPOS.COM - Nama Riza Chalid selalu menghantui panggung kekuasaan Indonesia.
Dari era Orde Baru hingga hari ini, sosoknya tetap eksis meski kerap terseret kontroversi besar.
Publik menjulukinya sebagai “raja tanpa mahkota” yang bisa masuk ruang-ruang elite tanpa sorotan berlebihan.
Julukan warganet yang menyebut Riza lebih licin dari ular di Taman Eden terasa pas.
Ia selalu lolos dari jeratan hukum meski terlibat dalam skandal politik besar, termasuk kasus “Papa Minta Saham” yang pernah mengguncang negeri.
Banyak tokoh tumbang, tetapi Riza justru tetap berdiri tegak.
Pengamat menilai kekuatan Riza bertumpu pada kemampuannya merawat jejaring di tiga poros kekuasaan yakni lingkaran Cendana, keluarga Cikeas, hingga kelompok politik yang belakangan dikenal sebagai “Geng Solo”.
Dari migas hingga media, jejaknya tak bisa dilepaskan dari dinamika politik nasional.
Pada era Soeharto, Riza dikenal dekat dengan Bambang Trihadmodjo dan dipercaya mengendalikan Pertamina Energy Trading Ltd (PETRAL).
Ia kemudian memperluas pengaruh ke lingkaran SBY melalui kemitraan dengan Hatta Rajasa.
Catatan Goerge Junus Aditjondro dalam Gurita Bisnis Cikeas bahkan menyebut Riza harus membayar “premi” ke keluarga Cikeas untuk setiap barel minyak.
Artikel Terkait
Kronologi Lengkap Mobil MBG Tabrak Siswa di Cilincing: Kecepatan 19,7 Km/Jam dan Sopir Salah Injak Pedal
Gadis 16 Tahun di Blora Diduga Jadi Korban Salah Sasaran Polisi: Kronologi Lengkap & Dugaan Pelanggaran Prosedur
Kebakaran Terra Drone 2025: Kaitan Maut dengan Pemetaan Sawit Ilegal dan Bencana Sumatera
Visa Kartu Emas AS 2024: Biaya 1 Juta Dolar, Syarat, dan Kontroversi Imigrasi Berbayar