Berawal dari satu kata rasis di kelas berujung kerusuhan 3 hari di Yalimo Papua Pegunungan, tepatnya di distrik Abenaho.
Kerusuhan yang berujung pada pembakaran berbagai fasilitas, kantor pemerintah setempat, kantor kepolisian hingga lokasi perbelanjaan serta rumah warga berawal dari pertikaian siswa pendatang dengan warga asli Yalimo.
Kompol Joni Samonsabra selaku Kapolres Yalimo menyampaikan jika kerusuhan bermula dari insiden di lingkungan Sekolah SMA 1Negeri Yalimo saat proses pembelajaran berlangsung.
Disebutkan bahwa saah satu siswa AB mengeluarkan kata rasis pada siswa lain yang duduk disebelahnya.
Mendapatkan disebut dengan kata rasis tersebut, siswa yang merupakan warga Yalimo berinisial NS dan MS tak terima, kemudian melakukan pemukulan terhadap AB.
Pertikaian ini kemudian diselesaikan di ruang guru, namun siswa lain yang juga berasal dari Yalimo tak terima dengan kondisi tersebut melakukan pemukulan terhadap AB dan guru.
Isu sara ini kemudian berkembang ke masyarakat, hingga warga suku Yalimo medatangi sekolah tersebut.
Sejumlah anggota kepolsian mencoba untuk menghadang, namun karena kalah jumlah, maka pihak kepolisian kemudian memutuskan untuk mundur dan massa melanjutkan aksi.
Tidak hanya mendatangi sekolah, massa kemudian mendatangi kios yang diduga merupakan milik orang tua AB.
Kemarahan massa yang tak terbentung berujung pada pembakaran kios tersebut, tak sampai di situ, massa juga ikut membakar Mes Perwira Polres Yalimo dan asrama Polres Yalimo.
Peristiwa yang terjadi pada Selasa 16 September tersebut terus berlanjut hingga Jumat 19 September.
Pihak berwajib kemudian menambah anggota untuk mengatasi agar kerusuhan tidak berkepanjangan.
Akibat kerusuhan ini ratusan warga pendatang harus mengungsi ke wilayah lainnya untuk menyelamatkan diri mereka dari amukan massa.
Untuk memastikan keamanan warga, Polres Yalimo dan Personel TNI juga ikut turun tangan mengamankan warga yang mengungsi dari wilayah Yalimo.
Seluruh masyarakat yang dievakuasi kini mengungsi sementara di Pospol Elelim untuk mendapatkan perlindungan dan pemantauan lebih lanjut.
Kapolres Yalimo menyampaikan bahwa operasi evakuasi dilakukan untuk mengutamakan keselamatan masyarakat serta mencegah eskalasi situasi.
“Kami terus berkoordinasi dengan TNI dan pihak terkait guna menstabilkan kondisi pasca-kericuhan. Fokus utama kami adalah keamanan warga,” ujarnya.
Dilaporkan beberapa warga terluka dalam aksi kerusuhan ini dan aparat terus berjaga hingga kondisi kembali kondusif.
Untuk meredam kemarahan mass dan mengembalikan kondisi keamanan wilayah tersebut, pihak DPRD Yalimo telah menerima tuntutan masyarat pada Jumatb 19 September lalu.
Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh Wakil Gubernur serta beberapa pejabat pemerintahan daerah lainnya.
Dalam kesempatan tersebut Ones Pahabol selaku Wagub Papua Pegunungan menyampaikan jika dirinya tidak ingin mendengar soal rasisme di beberapa Kab Kota di tanah Papua maupun diluar Papua.
Ones juga menyampaikan jika dirinya mengutuk keras pelaku rasisme serta segera diproses secara hukum.
Sumber: disway
Foto: Sebuah insiden rasisme di ruang kelas SMA Negeri 1 Yalimo berujung pada kerusuhan besar yang berlangsung selama tiga hari di Yalimo, Papua Pegunungan.-dok disway-
Artikel Terkait
Sinyal Retak? Jokowi Perintahkan Dukung Gibran 2 Periode, GCP Balas Telak: Wapres Tak Harus Dia!
Irit Banget, Daihatsu Rocky Hybrid Bisa Tembus 47 Kilometer per Liter
Oknum TNI Aniaya Ojol di Pontianak, Panglima Perintahkan Tindak Tegas Pelaku
Diduga Emosi, Kakanwil Kemenag NTB Lempar Mikrofon Saat Acara Pelantikan Kepala Kemenag Dompu