Gibran Rakabuming Raka juga terlihat mendekati figur populer seperti Dedi Mulyadi dan Purbaya Yudhi Sadewa. Sebagai Wakil Presiden, dukungannya terhadap gaya komunikasi ceplas-ceplos Purbaya menunjukkan strategi politik yang berusaha memanfaatkan popularitas tokoh yang sedang naik daun.
Analisis Gaya Kepemimpinan Purbaya Yudhi Sadewa
Purbaya justru lebih cocok disamakan dengan Prabowo Subianto dalam hal gaya komunikasi yang ceplas-ceplos dan transparan. Berbeda dengan Jokowi yang penuh perhitungan, Purbaya dikenal lugas dan tanpa tedeng aling-aling. Ia juga tidak memiliki relawan atau buzzer, dan cenderung membalas serangan secara langsung tanpa memedulikan persepsi publik.
Respons Terhadap Kritik dan Kebijakan Publik
Purbaya dengan santai membenarkan pernyataan Jokowi tentang transportasi publik seperti Whoosh yang tidak berorientasi profit. Hal ini membuat kritik dari Hasan Nasbi tidak berkutik, menunjukkan kemampuan Purbaya dalam menghadapi tekanan politik.
Kelebihan dan Tantangan Gaya Kepemimpinan Purbaya
Keunggulan Purbaya terletak pada kemampuannya menjelaskan hal rumit menjadi sederhana, berbeda dengan gaya blusukan Jokowi yang sarat politik simbol. Namun, kelemahannya adalah publik akan menuntut lebih banyak konsistensi dari pernyataan-pernyataannya. Meski demikian, hal ini justru membuktikan bahwa Purbaya bekerja tanpa agenda tersembunyi.
Komitmen di Luar Politik Praktis
Purbaya memilih menolak bergabung dengan partai politik dan lebih fokus pada tugas yang diberikan Presiden. Keputusan ini memperkuat citranya sebagai figur yang tidak terikat kepentingan politik praktis, meskipun tentu saja dinamika politik di masa depan tetap tidak dapat diprediksi.
Direktur ABC Riset & Consulting
Artikel Terkait
Kritik Gus Sahal: NU Kurang Terbuka, GP Ansor Beri Respons Tegas
Uya Kuya Ungkap Dalang Penjarahan Rumahnya: Ada Orkestrasi dan 99% Fitnah
Presiden Prabowo Batal Hadir Kongres III Projo 2025? Ini Analisis Politiknya
Viral VTuber Sena ASN Digital DPD RI: Penjelasan Lengkap & Fakta Proyek CPNS