"Sebelum pertemuan di Istana itu kan publik dikagetkan seorang mantan presiden kembali ke Solo menjadi hamba sahaya kemudian para oligarki berkumpul di Solo. Nah, sebenarnya pertemuan oligarki dengan Jokowi di Solo itu yang harus dibahas," jelasnya.
Faizal menilai gestur tegas Prabowo merupakan pesan kuat kepada para konglomerat agar menghentikan praktik yang merugikan negara dan rakyat.
Faizal juga menyoroti bahwa hingga saat ini tidak ada kebijakan pemerintah yang lahir dari pertemuan tersebut.
Hal ini, menurutnya, membuktikan bahwa pertemuan tersebut bukan untuk memberikan karpet merah kepada para konglomerat.
"Pertemuan presiden selaku kepala negara dengan siapapun itu biasa saja. Sejauh itu tidak mengeluarkan produk kebijakan, berarti sudah bisa disimpulkan ini cara-cara pendekatan kearifan politik," katanya.
Meski mengakui bahwa secara etika pertemuan tersebut bisa menimbulkan persepsi negatif di tengah situasi sosial yang sedang memanas, Faizal menilai langkah tersebut justru berpotensi membawa dampak positif.
"Kalau lihat gestur itu tidak ada kemesraan. Kalau saya lihat produknya apa sesudah pertemuan itu, produk kebijakan apa kan nggak ada. Jadi saya positif saja," tegasnya.
Menurut Faizal, gestur Prabowo yang tegas dalam pertemuan tersebut adalah sinyal bahwa para pengusaha besar kini berada dalam kendali penuh Presiden.
"Kalau lihat gestur sembilan pengusaha itu bukan naga, kucing dijinakkan oleh Prabowo. Tidak gagah, ekspresinya tidak happy," tutupnya.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
DPR RI Batal Pecat 5 Anggotanya Terkait Kasus Tunjangan Rp50 Juta dan Unjuk Rasa 2025
Said Didu Nilai Pernyataan Prabowo Soal Kasus Whoosh Berisiko, Bisa Dianggap Melindungi Pihak Terduga
Putusan MKD: Sahroni, Eko Patrio, dan Nafa Urbach Kena Sanksi Nonaktif, Adies Kadir & Uya Kuya Diaktifkan
Mahfud MD Kritik Sri Mulyani Soal Kasus TPPU Rp 349 Triliun: Dinilai Protektif ke Pegawai