“Awal penyusunan kabinet Prabowo pun sarat dugaan kuat terkait utang politik kepada para rentenir pemilu. Ini membentuk simbiosis antara pengguna dan pemberi modal politik,” imbuh Sutoyo.
Ia menyayangkan sikap Presiden Prabowo yang menurutnya tak memberikan tanggapan serius terhadap surat delapan aspirasi dari para purnawirawan TNI.
Sebaliknya, Presiden justru kerap memanggil para bohir ke Istana dan masih menunjukkan kedekatan dengan Presiden sebelumnya, Joko Widodo (Jokowi).
“Tak ada keberanian dari Presiden Prabowo untuk keluar dari jeratan rentenir politik. Yang ada hanyalah buih retorika, persis seperti yang dilakukan Jokowi sebelumnya. Kini, Prabowo terlihat hanya menjadi presiden bayangan yang masih dikawal oleh para bohir dan mantan presiden,” kata Sutoyo.
Ia juga menyoroti peran Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden yang menurutnya hanya bagian dari konsolidasi dinasti politik dan ekonomi para oligarki.
Dengan kondisi seperti itu, Sutoyo menyebut bahwa kecemasan di kalangan senior TNI sangat beralasan.
“Indikasi kuat menunjukkan bahwa Prabowo belum bisa lepas dari Jokowi dan cengkeraman kekuatan bayangan oligarki. Ini adalah sinyal serius untuk masa depan demokrasi dan kedaulatan rakyat Indonesia,” pungkas Sutoyo.
Sumber: SuaraNasional
Artikel Terkait
DPR RI Batal Pecat 5 Anggotanya Terkait Kasus Tunjangan Rp50 Juta dan Unjuk Rasa 2025
Said Didu Nilai Pernyataan Prabowo Soal Kasus Whoosh Berisiko, Bisa Dianggap Melindungi Pihak Terduga
Putusan MKD: Sahroni, Eko Patrio, dan Nafa Urbach Kena Sanksi Nonaktif, Adies Kadir & Uya Kuya Diaktifkan
Mahfud MD Kritik Sri Mulyani Soal Kasus TPPU Rp 349 Triliun: Dinilai Protektif ke Pegawai