Namun, ia juga mengingatkan bahwa politik Indonesia dinamis.
Gestur dingin Gibran bisa saja hanya menjadi strategi sesaat untuk menunjukkan posisi tawar, yang kelak bisa mencair bila ada kesepakatan politik di belakang layar.
Muslim Arbi melihat, rivalitas Geng Solo vs Geng Pacitan punya akar sejarah yang lebih panjang.
Sejak masa pemerintahan SBY, hubungan dengan kubu Jokowi yang kini diperpanjang melalui Gibran tidak selalu harmonis.
“Pernah ada momen hangat, tetapi juga ada persaingan pengaruh, terutama dalam memperebutkan narasi pembangunan dan basis dukungan publik,” katanya.
Menurutnya, ke depan publik akan sering melihat “adu pengaruh” antara kedua geng ini, baik di ruang kebijakan maupun dalam memperebutkan figur strategis di lembaga negara.
Peristiwa di Batujajar ini, bagi sebagian orang, mungkin hanya sekadar momen sekejap.
Namun, bagi pengamat seperti Muslim Arbi, ia adalah bagian dari puzzle besar politik Indonesia yang sedang bergerak.
“Kalau tensinya terus naik, jangan kaget kalau dalam beberapa bulan ke depan, kita melihat konstelasi politik yang berbeda dari yang dibayangkan pasca-Pemilu kemarin,” pungkasnya.
[VIDEO]
GIBRAN TAK MAU SALAMI AHY
👉 Apa karena "Orang Besar" dibalik isu Ijasah dan Pemakzulan dirinya?
Apapun judulnya, @AgusYudhoyono lbh baik dr sisi manapun dibanding dia.. 😁👍 pic.twitter.com/PtKmWDNprR
Detik-detik gibran tidak menyalami AHY
Ada apa?
Bandung 10 Agustus 2025 pic.twitter.com/mNIOVCEg2e
Sumber: IndoPos
Artikel Terkait
Pesan Natal Kardinal Suharyo: Seruan Pertobatan Pejabat di Tengah Maraknya Kepala Daerah Diciduk KPK
Pilkada Lewat DPRD: Hanya Akal-Akalan Elite Politik untuk Kekuasaan?
Pengakuan Yusril Ihza Mundur Demi Gus Dur Jadi Presiden 1999: Fakta Sejarah Terungkap
Hashim Djojohadikusumo Bantah Isu Lahan Sawit Prabowo: Klarifikasi Lengkap dan Fakta