Ray menduga sikap ambigu ini bukan tanpa alasan.
Ada kemungkinan isu pemakzulan sengaja dibiarkan bergulir agar bisa menjadi bargaining tool di internal koalisi, khususnya untuk menyeimbangkan besarnya pengaruh keluarga Jokowi.
Bahkan, Ray mengingatkan bahwa drama politik ini berpotensi sengaja diperpanjang, serupa dengan polemik Bank Century yang tak kunjung selesai.
"Isu ini bisa saja dibuat berlarut-larut seperti kasus Bank Century, misalnya dengan membentuk Pansus 'Fufufafa'," katanya dengan nada satir.
Sementara Gerindra memilih diam, Partai Golkar justru tampil jelas menolak wacana pemakzulan.
Kontrasnya sikap antarpartai pendukung Prabowo-Gibran ini memperlihatkan adanya perbedaan kepentingan di tubuh koalisi.
Dinamika tersebut menegaskan bahwa pemerintahan baru belum sepenuhnya solid.
Isu pemakzulan Gibran kini menjelma menjadi bidak catur yang diperebutkan elite untuk mengamankan posisi dan dominasi di era kekuasaan berikutnya.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Roy Suryo Bersumpah Demi Allah: Lembar Pengesahan Skripsi Jokowi di UGM Tidak Ada
Presiden Prabowo Perintahkan Audit 4 RS di Papua, Ini Kronologi Tragedi Irene Sokoy
Kontroversi Ahmad Ali PSI: Gaya Politik Baru yang Lecehkan Megawati
Langkah Hukum Jokowi Soal Ijazah Dinilai Bisa Jadi Bumerang, Ini Kata Pengamat