Pak Prabowo, Sudah 8 Nyawa Meregang, Masihkah Tuntutan Masyarakat Anda Abaikan?

- Selasa, 02 September 2025 | 07:35 WIB
Pak Prabowo, Sudah 8 Nyawa Meregang, Masihkah Tuntutan Masyarakat Anda Abaikan?

Delapan nyawa sudah meregang. Setiap tangisan ibu, setiap luka anak yang ditinggalkan, dan setiap doa yang terucap di atas liang lahat, akan menjadi saksi apakah Anda memilih berdiri di sisi rakyat atau justru di sisi para perampok negeri.


Jangan sampai rakyat melihat Anda mendua: satu kaki berpijak pada rakyat, satu kaki berpijak pada oligarki. 


Rakyat tidak butuh pemimpin yang mencari aman, rakyat butuh pemimpin yang berani.


Sebagaimana Bung Karno pernah berpesan:


“Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah (Jas Merah).”


Sejarah tidak pernah melupakan. Setiap pengkhianatan terhadap rakyat akan dicatat dengan tinta hitam, sementara keberanian berpihak kepada rakyat akan dikenang dengan tinta emas.


Jangan Tunggu Korban Bertambah


Pak Prabowo, masihkah Anda akan menunggu korban berikutnya? Delapan nyawa adalah tanda peringatan. 


Jangan biarkan perjuangan ini berubah menjadi bara yang membakar sendi-sendi bangsa.


Kita tahu, kekuasaan sering kali membuat pemimpin lupa. Tetapi seorang negarawan tidak akan membiarkan darah rakyat menjadi tumbal demi kursi empuk di istana. 


Pemimpin sejati bukanlah ia yang menyenangkan oligarki, melainkan ia yang sanggup menanggung risiko untuk melindungi rakyatnya.


Mohammad Hatta pernah mengingatkan:


“Indonesia tidak akan besar karena obor di Jakarta, tetapi karena lilin-lilin di desa yang menyala.”


Nyawa yang gugur di Jakarta, Makassar, Surakarta, dan Yogyakarta adalah lilin-lilin itu. 


Mereka adalah cahaya kecil yang menerangi jalan panjang bangsa ini. Jangan padamkan cahaya itu dengan kebisuan kekuasaan.


Tindakan Nyata yang Ditunggu


Hari ini, rakyat tidak menuntut janji manis. Mereka menuntut tindakan nyata: copot pejabat yang bermasalah, sahkan aturan yang memihak rakyat, rampas aset koruptor, hentikan diskriminasi, dan lakukan rekonsiliasi nasional.


Anda masih punya kesempatan, Pak Presiden. Kesempatan untuk mencatatkan diri sebagai pemimpin yang benar-benar menepati janji. 


Kesempatan untuk membuktikan bahwa Anda tidak sedang berjalan di atas dua pijakan. 


Kesempatan untuk mengembalikan marwah kepemimpinan sebagai amanah, bukan sekadar kekuasaan.


Penutup: Pesan untuk Anda


Pak Prabowo, sejarah memberi Anda panggung yang besar. Tetapi sejarah juga bisa menjatuhkan. Rakyat kini menatap, menunggu, dan menilai.


Apakah Anda akan dikenang sebagai presiden yang berani melawan oligarki dan berpihak pada rakyat, atau sebagai presiden yang membiarkan darah rakyat tumpah tanpa makna?


Jangan biarkan pertanyaan itu dijawab dengan penyesalan.


“Barangsiapa yang ingin mutiara, harus berani terjun di lautan yang dalam.” – Bung Karno


Kini waktunya Anda terjun, Pak Prabowo. Laut rakyat sedang bergelora, dan hanya keberanian berpihak pada mereka yang akan membuat kepemimpinan Anda benar-benar berarti. ***

Halaman:

Komentar