Seperti diketahui, kata dia, sebelum jadi Menko Polkam, Budi Gunawan merupakan Kepala BIN di era Jokowi.
Menurut Ginting jabatan sebagai Kepala BIN selama 8 tahun adalah mula dari adanya kerusuhan seperti saat ini.
“Budi Gunawan sebelum jadi Menko Polkam adalah Kepala Badan Intelijen Negara selama 8 tahun. Menurut saya, kritik terhadap BIN selama dipimpin Budi dampaknya adalah sekarang, seperti kerusuhan,” urainya.
“Kenapa? Karena aparatur intelijen kita menjadi tumpul analisisnya. Karena selama dipimpin Budi 8 tahun, BIN ini banyak diseret ke politik praktis untuk tujuan – tujuan kekuasaan. Sehingga sekarang BIN menjadi gagap, maka BIN harus direformasi,” jelasnya.
Di sisi lain, Ginting menyentil bahwa sudah seharusnya BIN menjadi intelijen negara bukan justru intelijen kekuasaan untuk kepentingan politik.
“BIN itu harusnya untuk intelijen negara, bukan untuk intelijen kekuasaan seperti era Jokowi. Digunakan untuk kepentingan politik praktis kekuasaan Presiden Jokowi,” ucapnya.
Selain itu, menurut Ginting, Budi Gunawan juga tidak mencontohkan sebagai Intelijen yang tertutup.
Hal inilah yang membuat pihaknya menilai bahwa Budi Gunawan tidak pas menjabat sebagai Kepala BIN.
“Itu karakter figure Budi Gunawan yang menurut saya tidak pas untuk menjadi kepala BIN waktu itu, karena backgroundnya polisi lalu lintas yang lebih terbuka dan biasa melakukan penyuluhan,” bebernya.
“Sehingga intelijen di era Budi seperti tugas – tugas pembinaan territorial di TNI, pamer soal ketika Covid bikin posko segala macam, seragamnya mencolok, harusnya intelijen itu tidak berseragam, tidak menunjukkan dirinya. Intelijen mestinya tertutup, kantornya juga gitu, ini kok seperti kantor partai, di cat merah,” sambungnya.
Bahkan, ia jelaskan, pemilihan Budi Gunawan menjadi Kepala BIN saat itu merupakan kesalahan besar yang dilakukan Jokowi.
“Itu sebenarnya bahaya untuk keamanan negara. Kantor atau markas intelijen itu harusnya disamarkan. Itu karena Budi Gunawan backgroundnya bukan intelijen, ini kesalahan Jokowi saat itu menempatkan Budi Gunawan sebagai Kepala BIN saat itu, ini analisis saya,” pungkasnya.
Sumber: TvOne
Artikel Terkait
PAN Rekrut Menkeu Purbaya, Strategi Magnet Pemilu 2029?
Roy Suryo Kritik Wapres Gibran Mancing di Hari Sumpah Pemuda, Sebut Biaya Besar
Dukung Perpanjangan Kereta Cepat Whoosh ke Surabaya, Ini Kata Pemerhati Transportasi
Purbaya Yudhi Sadewa: Ancaman Serius bagi Prabowo-Gibran di Pilpres 2029?