PARADAPOS.COM - Presiden Prabowo Subianto baru saja merombak kabinet dengan mengganti lima menteri.
Langkah itu, oleh sejumlah pengamat, diyakini sebagai upaya untuk melepas diri perlahan-lahan dari pengaruh Pro Jokowi.
Secara bertahap, perombakan ini akan kembali berjalan sehingga dua tahun ke depan sampai pengaruh Jokowi akan benar-benar lepas dari pemerintahan.
Direktur Citra Publik Lingkaran Survei Indonesia, Hanggoro Doso Pamungkas meyakini kalau langkah Prabowo merombak kabinet itu tidak lepas dari tafsir memperkuat posisinya agar tidak lagi tunduk dalam bayang-bayang Jokowi.
Apalagi salah satu pejabat yang diganti adalah Menteri Koperasi dan UKM, Budi Arie.
Budi Arie, selain terlibat kasus judi Online, diam-diam juga sedang membangun kekuatan Pro Jokowi di pedesaan dengan memanfaatkan program Koperasi Merah Putih yang dijalankan kementeriannya.
Tidak bisa dibantah, program koperasi itu sudah disusupi kepentingan Pro Jokowi dan kelompok Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Ketika Prabowo mengganti Budi Arie dari jabatan menteri itu, maka pupus sudah rencana membangun kekuatan Pro Jokowi melalui program koperasi. Tak heran jika para politisi PSI banyak yang kecewa.
Terlebih dalam waktu dekat pergantian juga akan menyosor Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Jika pergantian ini bisa dilakukan pada Oktober ini, kekuatan Pro Jokowi semakin tergerus.
Diperkirakan, Mendagri Tito Karnavian juga akan masuk dalam daftar yang digeser.
Keputusan Prabowo itu sudah pasti akan berdampak pada langkah politik anak dan menantu Jokowi, terutama Wakil Presiden Gibran Rakabuming yang merupakan putra sulungnya, serta Gubernur Sumut Bobby Nasution yang tidak lain adalah menantunya.
Kalaupun Prabowo maju lagi pada Pemilu Presiden 2029, besar kemungkinan ia tidak akan bersama Gibran lagi.
Kubu Jokowi sudah memahami situasi ini. Makanya mulai muncul gerakan dari kelompok itu untuk menjatuhkan citra Prabowo melalui aksi propaganda di media sosial.
Mereka menuding Prabowo sebagai presiden yang pro koruptor, tidak berkomitmen membangun Indonesia, tidak becus memimpin, dan sebagainya.
Mereka membandingkan dengan masa Pemerintahan Jokowi yang dianggap begitu berjasa membangun Indonesia.
Kelompok ini sangat membanggakan proyek IKN yang di mata mereka sangat berhasil.
Begitu juga dengan proyek jalan tol dan pembangunan Indonesia Timur yang menurut mereka sangat sukses di masa Jokowi. Di mata kelompok itu, Jokowi bagaikan nabi.
Mereka lupa bahwa proyek IKN Jokowi telah merusak ekonomi nasional. Mereka juga menampik tuduhan bahwa Jokowi salah satu pemimpin paling korup di dunia.
Mereka abai dengan menumpuknya utang luar Indonesia di masa pemerintahan Jokowi.
Kelompok ini terus berupaya membangun kembali kekuatan Pro Jokowi di berbagai lini.
Dalam scenario yang dirancang kelompok ini, mereka akan mendukung majunya Gibran Rakabuming sebagai calon presiden pada Pilpres 2029.
Nasib Bobby Nasution
Yang menjadi pertanyaan adalah nasib menantu Jokowi, Bobby Nasution.
Sejatinya, Bobby adalah kader Gerindra, partai yang berada di bawah kendali Presiden Prabowo Subianto.
Sejak awal, Bobby sebenarnya berharap akan mendapat mandat sebagai ketua partai itu di wilayah Sumut.
Namun Prabowo menolak rencana itu. Ia hanya menempatkan Bobby sebagai kader biasa.
Sedangkan jabatan Ketua DPD Gerindra Sumut diberikan kepada Ade Jona Prasetyo, pengusaha yang juga anggota DPR RI.
Ade Jona memang dikenal sebagai sahabat kental Bobby. Namun dalam kebijakan politik, bukan berarti ia sesukanya berpihak kepada kemauan Bobby.
Bagaimana pun juga, Ade Jona pasti tunduk kepada kebijakan Gerindra pusat. Bobby tidak bisa serta merta memanfaatkan status Ade Jona di Gerindra untuk kepentingannya.
Dengan kata lain, kekuatan Bobby di Partai Gerindra sangatlah rentan terguling.
Harus diakui, dukungan Gerindra pada Pilkada yang lalu kepadanya bukanlah karena prestasi Bobby sebagai walikota Medan, tapi semua itu tidak lepas dari pengaruh Jokowi yang kala itu masih menjabat presiden.
Sekarang Jokowi tidak lagi berkuasa, sedangkan Prabowo sedang berupaya lepas dari bayang-bayang mantan presiden itu.
Sudah pasti pengaruhnya juga akan berimbas kepada Bobby Nasution.
Maka itu Bobby mutlak tidak bisa lagi berharap dukungan Gerindra untuk maju pada Pilkada Gubernur 2029 mendatang sebab posisinya tidak terlalu kuat di partai. Ia sewaktu-waktu bisa saja didepak dari partai itu.
Jika Prabowo total melepaskan diri dari pengaruh Jokowi, besar kemungkinan Bobby pun tidak akan dicalonkan lagi oleh Gerindra pada Pilkada Sumut 2029.
Sadar dengan kondisi itu, Bobby pun harus membangun kekuatan baru sebagai back-up guna mendukung langkah politiknya ke depan.
 
                         
                                 
                                             
                                             
                                             
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                
Artikel Terkait
Peringkat 1! Purbaya Yudhi Sadewa Menteri Terbaik Versi Survei GREAT Institute
Dukung Penuh MKD, KNPI DKI: Rahayu Saraswati Tetap Layak di DPR 2024-2029
KPK Diminta Usut Tuntas Korupsi Proyek Kereta Cepat Whoosh, Libatkan Mantan Pejabat!
Dugaan Mark Up Proyek Kereta Cepat Whoosh: DPR Dukung KPK Usut Korupsi Rp118 Triliun