- Laba bersih melonjak 131,28% menjadi Rp401,66 miliar
- Penjualan kuartal III 2025 mencapai Rp1,35 triliun, meningkat 64,82%
- Volume penjualan nikel naik 88,76% menjadi 2.404.590,63 mt
- Laba kotor meningkat 104,53% YoY menjadi Rp600,92 miliar
- Marjin laba kotor melesat dari 35,77% menjadi 44,39%
Strategi dan Outlook Perusahaan
Menurut Ruddy, penurunan harga nikel merupakan koreksi positif yang sudah diprediksi perusahaan. NICL telah menyiapkan langkah antisipatif sejak awal tahun, yang tercermin dalam kinerja operasional dan keuangan yang tumbuh positif. Perusahaan meyakini penurunan harga ini hanya fluktuasi jangka pendek dan berkomitmen tetap adaptif terhadap situasi terkini.
Posisi Keuangan yang Sehat
Meskipun terjadi penurunan jumlah aset sebesar 7,45% menjadi Rp971,88 miliar, posisi neraca perusahaan tetap sehat. Liabilitas turun menjadi Rp138,60 miliar karena pembayaran utang, dan perusahaan tidak memiliki utang bank jangka panjang.
Kinerja Operasional dan RKAB
Kapasitas produksi per kuartal III 2025 telah mencapai 92,48% dari RKAB yang disetujui. Untuk memenuhi kebutuhan pasar hingga akhir tahun 2025, perusahaan telah mengajukan pembaruan RKAB ke Kementerian ESDM untuk menambah kuota produksi.
Meskipun menunjukkan kinerja operasional dan finansial yang memuaskan, perusahaan mengakui bahwa hasil tersebut belum sepenuhnya mencapai ekspektasi. Proses pengajuan RKAB yang masih berlangsung menjadi salah satu tantangan utama yang dihadapi perusahaan tahun ini.
Artikel Terkait
Kredit Perumahan Mandek, Menteri Keuangan Khawatirkan Daya Beli Masyarakat
Bursa Asia Anjlok: Penyebab, Dampak ke Indonesia, dan Prediksi ke Depan
Analisis IHSG Hari Ini: Proyeksi 8.150-8.350 Dipicu Data Ekonomi Q3 2025 & Rebalancing MSCI
Semangat Cokroaminoto & Program Koperasi Desa Merah Putih: Strategi Menkop Ferry Bangun Ekonomi Umat