"Tujuannya buat apa sih kira-kira? Supaya penegakan hukum di lapangan lebih cepat dan semangat. Tapi jujur aja, masih banyak yang baru tau soal ini, termasuk Mimin," kata video tersebut.
Salah satu pertanyaan yang mencuat adalah, apakah insentif ini akan membuat sebagian oknum petugas terdorong untuk “mencari-cari” kesalahan masyarakat demi mendapatkan bonus?
👇👇
Kekhawatiran ini bukan tanpa dasar. Dalam kolom komentar video yang viral tersebut, banyak netizen mengungkapkan kegeramannya atas kebijakan yang baru diketahuinya.
Salah satunya @tar**** yang menulis, “Saking semangatnya sampai alat belajar siswa tunanetra di sekolah SLB dimintain denda ratusan juta. Sakit sih ini, sampai bertemu di hari pembalasan.”
Komentar ini menyiratkan bahwa semangat penegakan hukum yang dilandasi bonus bisa menjadi bumerang ketika tidak disertai kepekaan sosial.
Komentar lain dari @yos**** dengan nada satir berbunyi, “Kalau rakyat nangkep koruptor, 50%-nya boleh kah buat rakyat yang nangkep?.”
Sebuah sindiran yang menggambarkan ketimpangan apresiasi terhadap penegakan hukum di level masyarakat bawah dan atas.
Sedangkan komentar @36.3**** menyoroti aspek moral dengan menulis, “Biarpun dibolehkan undang-undang, tapi belum tentu dihalalkan Tuhan.” Ini menekankan adanya ketegangan antara norma hukum dan etika keagamaan.
Sementara itu, @bam**** menambahkan, “Makanya petugas Bea Cukai semangat banget cari-cari sesuatu bawaan penumpang.”
Ucapan dari netizen ini seolah menunjukkan persepsi publik bahwa kinerja Bea Cukai bukan hanya tegas, tapi terkadang berlebihan dan membuat rakyat kecil merasa diperlakukan tidak adil.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Polisi Gerebek Pesta Gay di Surabaya, Satu Pegawai ASN Turut Diamankan
LBH Medan Kecam Vonis Sertu Riza Pahlivi: Kasus Penganiayaan Justru Lebih Ringan dari Maling Ayam!
KPK Beberkan Modus Dosni Roha Group Dapatkan Kuota Bansos Beras untuk 5 Juta Keluarga
Surya Darmadi Ingin Kembalikan Rp 10 Triliun ke Danantara, Ditepuk Kejagung: Kami Mendakwa Puluhan Triliun!