Gereja Katolik di Filipina mengutuk hasil pemilu tersebut. Bahkan beberapa pejabat militer mulai merencanakan kudeta.
Marcos yang telah berkuasa selama puluhan tahun itu, dengan mudah meminta bawahannya untuk menangkap para pemimpin militer yang dianggap “membelot”.
Sampai pada akhirnya, pemimpin Katolik, Kardinal Jaime Sin, mulai menyerukan kepada rakyat untuk turun ke jalan dan menuntut transparansi dalam hasil pemungutan suara itu.
Akhirnya jutaan rakyat turun ke jalan untuk melakukan aksi protes. Tidak hanya itu, anggota militer yang bebas, mulai membelot dari Marcos.
Marcos yang sudah tidak mendapat dukungan dari militer akhirnya melarikan diri dan Aquino dilantik sebagai presiden Filipina pada 25 Februari 1986.
3. The Baltic Ways (1989)
Aksi “The Baltic Ways” adalah simbol protes yang dilakukan secara damai untuk melawan rezim Komunis yang menguasai tiga negara, Latvia, Lithuania, dan Estonia.
Aksi yang dilakukan pada malam hari tanggal 23 Agustus 1989 ini, membentuk rantai manusia sepanjang lebih dari 600 kilometer.
Tidak ada catatan siapa yang memulai ide ini, tetapi karena kabarnya menyebar dengan cepat dari mulut ke mulut, masyarakat yang mendukung langsung bersedia mengikuti aksi gerakan perlawanan ini.
Aksi ini sengaja diadakan bertepatan dengan peringatan 50 tahun Pakta Molotov-Ribbentrop, sebuah pakta rahasia antara Uni Soviet dan Jerman Nazi yang membagi wilayah Eropa Timur dan pada dasarnya mengizinkan Uni Soviet mencaplok Negara-Negara Baltik.
Aksi yang tidak menggunakan kekerasan ini berlangsung selama beberapa jam dan diikuti para rakyat dari Latvia, Lithuania, dan Estonia.
Tidak lama setelahnya, Uni Soviet secara resmi mengakui dan mengecam Pakta Molotov-Ribbentrop.
Aksi ini juga menjadi pemicu bagi gelombang protes anti-Komunis di seluruh Eropa Timur, yang berpuncak pada runtuhnya Tembok Berlin beberapa bulan kemudian.
Dua tahun setelah aksi ini, Latvia, Lithuania, dan Estonia berhasil meraih kemerdekaan mereka dari Uni Soviet.
4. Tiananmen Square (1989)
Aksi seorang pria yang berdiri sendirian di depan barisan tank di Lapangan Tiananmen, Tiongkok, pada tahun 1989, menjadi salah satu aksi perlawanan paling ikonik sepanjang sejarah.
Sikapnya yang berani dan sendirian itu menjadi tindakan terakhir dari sebuah protes rakyat yang menuntut kebebasan yang lebih besar di negara Komunis tersebut.
Protes yang dipelopori oleh para mahasiswa ini dimulai pada pertengahan tahun 1980-an, di mana sebagian dari mahasiswa yang pernah belajar di luar negeri mendesak adanya perubahan.
Seruan untuk perubahan ini membuat terjadinya pertemuan besar pada April 1989, bertepatan dengan hari pemakaman Hu Yaobang, mantan pejabat tinggi Komunis.
Protes ini kemudian berlanjut selama enam minggu lamanya, di mana Lapangan Tiananmen menjadi pusatnya.
Demonstrasi ini kemudian menyebar ke lebih dari 400 kota. Sekitar 300.000 tentara dikirim ke Lapangan Tiananmen, untuk menindak para pengunjuk rasa.
Buntut dari aksi ini menewaskan sebanyak 300 orang. Sampai tiga dekade setelahnya, aksi protes ini masih ditutupi oleh pihak Tiongkok.
5. Kerusuhan Indonesia (1998)
Pada tahun 1998 terjadi kerusuhan besar di Indonesia sebagai aksi dari ketidakpuasan rakyat terhadap rezim Orde Baru yang berkuasa selama 32 tahun.
Kerusuhan ini dimulai dari akhir tahun 1997, di saat Indonesia dilanda krisis moneter parah.
Nilai tukar Rupiah anjlok, harga kebutuhan pokok melambung tinggi, dan terjadi PHK Massal dimana-mana.
Di sisi lain, rakyat sudah mulai jenuh dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang merajalela di lingkaran kekuasaan.
Dipimpin oleh mahasiswa, masyarakat akhirnya melakukan aksi reformasi yang awalnya berlangsung cukup damai.
Tapi situasi berubah menjadi mencekam setelah empat mahasiswa Universitas Trisakti tewas tertembak saat demonstrasi.
Kematian keempat mahasiswa ini menyulut masyarakat untuk bersikap anarkis.
Akhirnya aksi protes berubah menjadi kerusuhan yang terjadi di berbagai kota besar.
Akhir dari kerusuhan ini, Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998.
Dengan lengsernya Soeharto, Indonesia memasuki era baru yang dikenal sebagai era Reformasi.
Sumber: Inilah
Artikel Terkait
Pangeran Andrew Dicabut Gelar Kerajaan: Fakta Terbaru Kasus Epstein
Presiden Prabowo Hadiri Gala Dinner KTT APEC 2025: Diplomasi Ekonomi Indonesia di Korea
Tingkat Kepuasan Macron Anjlok ke 11%, Rekor Terendah Sejarah Prancis
Torpedo Nuklir Poseidon Rusia: Daya Ledak 100 Megaton, Ancaman Nyata Bagi AS