Pernyataan China ini muncul di tengah laporan keuangan KCIC yang menunjukkan kerugian. Pada semester I-2025, KCIC mencatat kerugian sekitar Rp 1,6 triliun. Sepanjang tahun 2024, jumlah penumpang Whoosh hanya mencapai sekitar 6 juta orang. Dengan rata-rata tarif tiket Rp 250 ribu, total pendapatan kotor tahunan diperkirakan tidak lebih dari Rp 1,5 triliun.
Proyek Whoosh menelan total biaya US$ 7,26 miliar (sekitar Rp 119,79 triliun), yang mengalami pembengkakan dari nilai investasi awal US$ 6,05 miliar. Sebagian besar pendanaan proyek ini berasal dari pinjaman utang dari China Development Bank (CDB) dengan skema business to business (B2B).
Pinjaman dari CDB mencakup 75% dari total biaya proyek, dengan bunga 3,3% dan tenor hingga 45 tahun. Total pinjaman konsorsium BUMN Indonesia (PSBI) ke CDB diperkirakan mencapai US$ 2,72 miliar (sekitar Rp 44,92 triliun), dengan beban bunga tahunan yang bisa menyentuh hampir Rp 2 triliun.
Mencari Solusi di Tengah Penolakan Penggunaan APBN
PT KAI, sebagai bagian dari konsorsium, telah menyinyalir tantangan keuangan ini. Sementara itu, Danantara sebagai holding BUMN tengah mencari jalan keluar untuk menyelesaikan utang Whoosh. Namun, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan penolakannya terhadap penggunaan APBN untuk membayar utang proyek Whoosh, dengan keyakinan bahwa selama struktur pembayaran tertata dengan baik, CDB tidak akan mempersoalkan.
Sumber: Paradapos.com
Artikel Terkait
45 Tewas dalam Serangan Terbaru Israel ke Gaza, Korban Didominasi Perempuan dan Anak-anak
Mantan PNS Filipina Penyingkap Korupsi Tewas Ditembak, Pemicu Gelombang Demonstrasi
6 Kekutan Turki yang Bikin Tokoh Israel Ketakutan, Melebihi Ancaman Iran!
Ameria Kerahkan 10.000 Pasukan di Karibia, Ini Sinyal Serangan ke Venezuela?