"Untuk mengukur apakah sebuah relawan politik itu solid dan memiliki mesin politik yang kredibel untuk memenangkan suatu pertarungan elektoral, itu adalah hal yang rumit," katanya.
Adi menduga, kerumitan inilah yang menjadi pertimbangan utama Projo untuk berhati-hati dan tidak terburu-buru berubah wujud menjadi partai politik. Selain persoalan struktur internal dan soliditas organisasi, tantangan terberat adalah bagaimana agar bisa lolos dan bersaing dalam kontestasi pemilu.
"Mengajak orang untuk menjadi bagian dari sebuah partai, dari struktur politik tertentu, hari ini sangatlah rumit. Maka sekalipun muncul partai baru di setiap pemilu, banyak yang akhirnya tidak bisa lolos ke parlemen," ujarnya.
"Mungkin ini yang sedang dipertimbangkan secara matang oleh Projo. Kekhawatirannya, kalau jadi partai, jangan-jangan malah tidak lolos untuk ikut pemilu. Atau sekalinya berhasil ikut, bisa jadi tidak lolos juga untuk meraih kursi di parlemen," tutup Adi Prayitno.
Artikel Terkait
KPK Ungkap Modus Jatah Preman Gubernur Riau Abdul Wahid dalam OTT, Rp1,6 Miliar Disita
3 Jalur Alternatif Jakarta-Palembang 2024: Bandingkan Waktu & Biaya
Prabowo Siapkan Jalur Kereta Api Baru di Luar Jawa, Ini Dampak untuk Biaya Logistik
KPK OTT Gubernur Riau Abdul Wahid: Uang Rp1,6 M Disita, Sejumlah Pejabat Ditangkap