Ustaz Populer dan Dunia Politik Praktis
Pada Pilpres lalu, banyak yang mengingatkan para ustaz kondang untuk tidak terlibat dalam politik dukung-mendukung calon. Jamaah ustaz populer biasanya tersebar di berbagai kubu politik. Jika mereka hanya mendukung satu calon, jamaah yang mendukung calon lain akan merasa tidak nyaman.
Ustaz populer seperti Ustaz Abdul Somad, Ustaz Adi Hidayat, Aa Gym, dan Gus Baha justru populer karena netralitas politik mereka sejak awal. Jika mereka terjun ke politik praktis, kepopuleran mereka akan berkurang. Banyak ustaz yang aktif di partai politik, namun tidak ada yang sepopuler mereka.
Masa Depan UAS dalam Politik
Pertanyaan besarnya adalah apakah ini akhir dari keterlibatan UAS dalam politik praktis atau justru awal baginya untuk benar-benar terjun ke dunia politik? Maju sebagai calon gubernur berikutnya bisa menjadi langkah yang perlu dipertimbangkan UAS.
Politik Indonesia memang cair. Politisi dengan mudah berpindah partai. Yang kemarin bersikap seperti nabi, saat terpilih justru terlibat korupsi. Ini bukan kejadian sekali dua kali.
Kasus terbaru adalah Projo yang dengan mudah mengubah arti namanya dari Pro Jokowi menjadi Pro Rakyat. Mereka yang dulu mendefinisikan, kini dengan mudah mengoreksinya.
Dalam politik seperti ini, aneh jika ustaz populer masih terlibat dukung-mendukung calon tanpa informasi yang akurat. Ustaz Abdul Somad kini terkena imbasnya. Dukungannya terhadap Abdul Wahid yang diduga meminta jatah preman justru menjadi bumerang.
Apakah UAS akan belajar dari pengalaman ini? Atau justru akan semakin dalam terjun ke politik praktis? Waktu yang akan menjawabnya.
Artikel Terkait
Rahmah El Yunusiyyah: Pendiri Pesantren Putri Pertama di Asia Tenggara, Kini Pahlawan Nasional
Cara Menulis Artikel SEO yang Optimal: Panduan Lengkap untuk Pemula
Syaikhona Muhammad Kholil, Guru KH Hasyim Asyari, Resmi Jadi Pahlawan Nasional
Rahma El Yunusiyah: Pahlawan Nasional 2025, Pelopor Pendidikan Perempuan Indonesia