Banjir Sumatera 2025: Bencana Ekologis Terbesar dan Kegagalan Tata Kelola Lingkungan
Oleh: Bobby Ciputra
Banjir bandang yang melanda Sumatera pada akhir 2025 bukan sekadar peristiwa alam biasa. Tragedi kemanusiaan ini, dengan korban jiwa mencapai ratusan orang, merupakan peringatan keras bagi Indonesia dan dunia tentang dampak mematikan dari kapitalisme ekstraktif dan perusakan lingkungan sistematis.
Data Korban dan Dampak Banjir Sumatera 2025
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 5 Desember 2025, bencana ini telah menelan korban jiwa yang sangat besar. Setidaknya 867 orang meninggal dunia, 521 orang hilang, dan lebih dari 835.000 orang terpaksa mengungsi. Angka ini setara dengan populasi sebuah negara kecil.
Kerusakan infrastruktur bersifat masif dan melumpuhkan: lebih dari 405 jembatan putus, 270 fasilitas kesehatan rusak, dan 509 sekolah terendam. Provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat menjadi wilayah yang paling parah terdampak, dengan total korban jiwa yang terus bertambah dan lebih dari 2,2 juta orang di Aceh saja terkena imbasnya.
Akar Penyebab Banjir: Deforestasi dan Alih Fungsi Lahan
Pemerintah menyebut Siklon Tropis Senyar sebagai penyebab utama. Namun, data historis deforestasi membantah narasi tersebut. Penyebab sebenarnya adalah perusakan sistematis tutupan hutan selama dua dekade terakhir.
Pulau Sumatera telah kehilangan ratusan ribu hektar hutan primer setiap tahunnya, dikonversi untuk konsesi kelapa sawit, pertambangan, dan pulp-kertas. Pada periode puncaknya, seperti tahun 2012, Sumatera kehilangan lebih dari 413.200 hektar hutan hanya dalam satu tahun. Global Forest Watch mencatat, sejak tahun 2000, Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat telah kehilangan hutan seluas lebih dari 7.500 mil persegi.
Artikel Terkait
Bahlil Lahadalia Tegur Kader Golkar: Siapkan Payung Sebelum Hujan
Kasus Wedding Organizer Ayu Puspita Diambil Alih Polda Metro Jaya: Posko Pengaduan Dibuka
Mbah Tarman Ditahan Polres Pacitan, Akui Cek Mahar Rp3 Miliar untuk Nikahi Sheila Arika Palsu
Sri Mulyani Jadi World Leaders Fellow di Oxford 2026: Pengalaman & Kontribusi