Banjir Sumatera 2025: Penyebab, Dampak, dan Analisis Lengkap Bencana Ekologis

- Kamis, 11 Desember 2025 | 00:50 WIB
Banjir Sumatera 2025: Penyebab, Dampak, dan Analisis Lengkap Bencana Ekologis

Fungsi hutan sebagai spons raksasa penyerap air telah hilang. Saat hujan deras datang, air langsung meluncur ke pemukiman di hilir, membawa material lumpur dan kayu, dan mengakibatkan banjir bandang yang mematikan.

Dampak Industri Ekstraktif dan Pertarungan Kepentingan Global

Ekspansi kelapa sawit menjadi pendorong utama deforestasi. Sumatera mengalami peningkatan 3,7 kali lipat deforestasi yang didorong industri ini pada 2022 dibandingkan 2020. Indonesia, sebagai eksportir minyak sawit terbesar dunia, terjebak dalam kontradiksi antara tuntutan ekonomi dan konservasi.

Negara-negara seperti Cina dan India menjadi importir terbesar, sementara Uni Eropa menuntut perlindungan hutan. Situasi ini menciptakan dinamika "kolonialisme iklim", di mana Indonesia diharapkan mengorbankan pembangunan ekonominya demi tujuan iklim global, tanpa mendapat dukungan transisi yang memadai.

Penolakan Status Darurat Nasional dan Implikasinya

Tanggapan pemerintah Indonesia, yang diwakili Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, terhadap tawaran bantuan internasional dinilai kurang hangat. Penolakan untuk menyatakan status darurat nasional mengundang tanya. Keputusan ini hanya dapat dimengerti dari sudut pandang ekonomi politik: deklarasi darurat akan membuka pintu bagi pengawasan internasional yang ketat terhadap industri ekstraktif yang menjadi tulang punggung ekonomi.

Kesimpulan: Perlunya Transformasi Struktural

Banjir Sumatera 2025 adalah critical juncture atau titik belok sejarah. Bencana ini menyingkap kegagalan tata kelola lingkungan, ketimpangan struktural, dan kontradiksi model pembangunan Indonesia. Solusi jangka panjang bukan sekadar penanaman pohon, tetapi transformasi struktural yang mendesak. Diperlukan penegakan keadilan ekologis, peninjauan ulang izin konsesi, dan peralihan dari model kapitalisme ekstraktif menuju pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan.

Bobby Ciputra adalah Ketua Angkatan Muda Sosialis Indonesia (AMSI).

Halaman:

Komentar

Terpopuler