Memasuki bulan Ramadhan harga cabe melonjak menjadi 200 ribu per kilogram. Potret suram dalam bidang ekonomi ini seperti bom yang sebentar lagi meledak.
Mencuatnya tragedi mega mega korupsi Pertamina menghentak perhatian rakyat yang sebagian besar dalam keadaan menderita karena ekonomi yang semakin memburuk.
Kejaksaan Agung mengatakan pada tahun 2023 saja kerugian negara mencapai angka fantastis: 193,7 triliun rupiah. Kerugian ini berasal dari salah kelola minyak mentah Pertamina.
Penyidik kejaksaan mencurigai para tersangka sengaja membuat kebijakan mengurangi produksi minyak dalam negeri agar ada alasan untuk mengimpor minyak dalam jumlah besar.
Ini tentu saja bertentangan dan melawan aturan yang berlaku yang menyebutkan bahwa minyak mentah dalam negeri harus menjadi prioritas sebelum melakukan impor.
Tidak cuma itu, korupsi ini juga dicurigai berasal dari praktik curang Pertamina membohongi konsumen.
Pertamina dicurigai telah mencampur bensin jenis Pertamax dan Pertalite dengan zat tambahan sehingga meraup untung sangat besar, sementara konsumen menjadi korban.
Di media sosial banyak keluh-kesah mengenai mesin mobil para pemakai Pertamax yang cepat rusak—yang dicurigai kuat bukan Pertamax asli.
Kejaksaan Agung mengatakan kerugian 193,7 triliun rupiah itu hanya untuk tahun 2023 saja, padahal salah kelola Pertamina sudah terjadi sejak 2018.
Artinya, mega mega korupsi Pertamina sudah berlangsung lima tahun yang menjadikan angka korupsi harus dikalikan lima sehingga menghasilkan angka luar biasa fantastis: 968,5 triliun rupiah.
Bagaimana kalau korupsi itu masih berlangsung sampai 2024 dan 2025? Maka angka ini bisa mencapai lebih 1000 triliun rupiah, atau 1 kuadriliun.
Belum lagi soal-soal etika yang sudah dianggap tidak penting sejak kampanye 2024 dulu, rasanya bangsa ini seperti mundur ke belakang ribuan tahun menjadi bangsa primitif.
Bahlil yang terbukti disertasinya dibuat secara tidak jujur dan gelarnya sempat ditangguhkan UI, didiamkan saja. Hal yang sama juga terjadi dengan gelar Doktor Honoris Causa Raffi Ahmad yang penuh kejanggalan.
Omongan para pejabat yang diangkat Prabowo sepertinya tidak memahami penderitaan dan kesulitan yang dialami rakyat.
Menanggapi demo Indonesia Gelap, Luhut Panjaitan dengan sombong mengatakan “yang gelap itu kau, bukan Indonesia“—suatu bentuk denial dari pejabat yang congkak, serta tidak punya empati dan simpati.
Wamen Ebenezer yang diangkat jadi pejabat dari jalur buzzer alias “juru maki”, menanggapi tagar #KaburAjaDulu di media sosial, dengan pongah dan ketus mengatakan, "Mau kabur, kabur ajalah. Kalau perlu jangan balik lagi."
Tutur kata Ebenezer belum berubah meskipun sudah menjadi pejabat tinggi setingkat Wamen. Tutur katanya masih seperti “juru maki“ di media sosial.
Yang sangat mengejutkan, Gibran “Fufufafa” anak haram konstitusi yang kemampuannya di bawah standar diberikan kesempatan untuk memberikan pembekalan pada retreat kepala daerah di Magelang.
Di antara kepala daerah itu banyak sekali yang kemampuannya mumpuni dan punya pengalaman panjang, tetapi anehnya kenapa harus dikuliahi Gibran yang ijazahnya diragukan para aktivis.
Mungkin hal-hal mengenaskan dan memalukan inilah—hal-hal yang akan membuat Indonesia bubar pada 2030—yang membuat putra mahkota Kraton Solo menulis di media sosial bahwa Kraton Solo menyesal bergabung dengan republik.
Republik yang semakin tidak tentu arah di bawah kepemimpinan Prabowo yang kini menjadi “pelayan“ Jokowi.
Anehnya, dengan begitu banyaknya pesimisme, putus harapan, dan awan gelap yang menggelayut di atas langit ibu pertiwi, Prabowo seolah steril bahkan tak tersentuh dengan derita rakyatnya. Dia masih berpidato seperti orang mimpi yang tidak melihat realitas di lapangan.
Dia mengatakan Indonesia akan menjadi ekonomi ke-4 terbesar di dunia pada tahun 2050. Bagaimana mau menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia kalau kenyataan di lapangan menunjukkan sebaliknya?
Sebaiknya Prabowo menunduk ke bawah menatap penderitaan rakyatnya, lalu berhenti membuat pidato dan pernyataan yang penuh berisi omon-omon gombal.
Prabowo harus betul-betul paham apa yang sedang terjadi di hadapannya agar bisa membuat keputusan terbaik untuk rakyat dan negara.
Sekarang rakyat menuntut agar hukum ditegakkan. Tangkap segera Jokowi dan bawa ke pengadilan! Bila penjahat kemanusiaan sekelas Jokowi yang kerap bertemu dengannya saja dia biarkan lolos, bagaimana kalangan bisnis akan percaya bahwa di negeri ini memang masih ada hukum dan keteraturan?
Bila kalangan bisnis saja tidak percaya adanya atmosfir bisnis yang kondusif, bagaimana ekonomi akan tumbuh dan menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia? Indikator ketidakpercayaan ini terlihat jelas dengan rontoknya nilai IHSG dan rupiah setelah Danantara resmi didirikan. Apa para pembisik Prabowo tidak bisa melihat fakta keras ini?
Wahai Prabowo, bangunlah! Hari sudah siang, berhentilah bermimpi. Rakyat sudah muak dan marah.
Kini para mahasiswa sedang mempersiapkan demonstrasi Indonesia Gelap lanjutan yang tidak kalah besar dengan demonstrasi sebelumnya. Rakyat sedang bangkit menyelamatkan Indonesia agar tidak bubar pada tahun 2030.
Duet Prabowo-Jokowi harus dihentikan agar republik selamat. Penjahat besar kemanusiaan tidak boleh dibiarkan merusak bangsa.
Bagi rakyat, inilah saatnya menunjukkan cinta pada tanah air dengan turun ke jalan membentuk people power. ***
Artikel Terkait
Dukung Bareskrim! IPW Soroti Kerugian Negara Rp 1,08 Triliun dari Tambang Emas Ilegal di Lombok
Strategi Partai Perindo Dongkrak 130 Juta Warga Naik Kelas Ekonomi
Hary Tanoe: Partai Perindo Akan Jadi Partai Besar, Ini Kuncinya!
Menteri Agama Nasaruddin Umar: Keikhlasan Kunci Utama dalam Berpolitik