Negara Yang Dipimpin Oleh Pembaca Komik: 'Pengakuan Jujur Gibran Tidak Suka Membaca'
Oleh: Ali Syarief
Akademisi
Tidak suka membaca. Main PlayStation dan baca komik. Begitu pengakuan Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Joko Widodo, tentang kesehariannya di rumah sang Presiden semasa muda.
Sebuah pengakuan jujur yang mungkin dimaksudkan untuk menunjukkan kesederhanaan, tetapi justru membuka aib besar: bahwa bangsa ini selama sepuluh tahun terakhir telah dipimpin oleh kultur anti-intelektualisme.
Dalam tradisi bangsa-bangsa besar, pemimpin membangun dirinya dengan membaca: menyelami sejarah, memahami filosofi, mengupas ekonomi, menggali etika kekuasaan. Jokowi, dari cerita Gibran, tampaknya melewati masa mudanya tanpa beban itu.
Tak ada Plato di rak buku, tak ada Adam Smith di meja kerja. Yang ada hanyalah joystick, komik, dan barangkali, ambisi kosong yang menggelembung tanpa fondasi pemikiran.
Dampaknya kini terbentang di hadapan kita: negara yang dibangun dengan logika proyek, bukan visi; hukum yang dijalankan dengan insting politik, bukan prinsip; demokrasi yang dipermak sesuka selera, seolah-olah konstitusi itu halaman kosong komik yang bisa digambar ulang.
Infrastruktur boleh megah, tetapi infrastruktur moral bangsa hancur.
Kereta cepat mangkrak biaya, Ibu Kota baru dibangun di atas utang, dan pendidikan menjadi korban proyek seremonial.
Demokrasi dikebiri, reformasi dikutuk, hukum dipermainkan. Semua ini bukanlah kecelakaan sejarah.
Artikel Terkait
Cak Imin Dituding Retorika Murahan Soal Alfamart & Indomaret, Benarkah Ritel Raksasa Bunuh UMKM?
Pertemuan Jonan dan Prabowo: Fokus Bahas Program Prioritas, Bukan Utang Whoosh
Ledakan Tabung Elpiji 3 Kg di Pekalongan Tewaskan Ayah dan Bayi, Ibu Kritis di ICU
Viral Aksi Joget Anggota DPR di Sidang Tahunan 2025: Ekspresi Budaya atau Pelanggaran Etika?