Mega dan Try Sutrisno Hadir di Hadapan Gibran, Pengamat: Prabowo Sedang Mengunci Jokowi serta Geng Solo

- Selasa, 03 Juni 2025 | 14:50 WIB
Mega dan Try Sutrisno Hadir di Hadapan Gibran, Pengamat: Prabowo Sedang Mengunci Jokowi serta Geng Solo


Momen Hari Lahir Pancasila di Kementerian Luar Negeri pada 1 Juni lalu menyisakan sorotan tajam dari para pengamat politik dan intelijen. Dua tokoh bangsa, Megawati Soekarnoputri dan Wakil Presiden ke-6 Try Sutrisno, hadir dalam acara resmi kenegaraan yang juga dihadiri oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Namun yang menarik, kehadiran keduanya datang tidak lama setelah Try Sutrisno memberikan restu terhadap Forum Prajurit Purnawirawan TNI yang menyerukan pemakzulan Gibran. Di sisi lain, Megawati selama ini dikenal bersitegang dengan keluarga Jokowi, terutama sejak kontestasi Pilpres 2024. Ada yang menilai peristiwa ini bukanlah kebetulan biasa.

Pengamat intelijen dan geopolitik, Amir Hamzah, menyebut bahwa Presiden Prabowo Subianto tengah memainkan langkah strategis: mengunci manuver politik Jokowi dan lingkaran kekuatannya di Solo—sering disebut sebagai “Geng Solo.”

Amir Hamzah menyatakan, “Ketika Try Sutrisno dan Megawati duduk di forum resmi yang dihadiri Gibran, itu bukan sekadar seremoni. Ini simbol tekanan elite, sinyal bahwa Gibran kini berada dalam radar pengawasan, bahkan koreksi publik dari dua tokoh besar militer dan sipil.”

Menurut Amir, sejak Try Sutrisno menyatakan bahwa dirinya mendukung aspirasi pemakzulan Gibran—terkait dugaan pelanggaran etik Mahkamah Konstitusi—suasana politik berubah drastis. “Try Sutrisno tak bicara sendiri. Di belakangnya ada suara para purnawirawan yang gelisah dengan arah demokrasi. Forum prajurit itu bukan forum sembarangan, mereka mewakili perasaan korps,” ujar Amir kepada wartawan, Selasa (3/6/2025).

Kehadiran Megawati dalam forum yang sama juga menciptakan spekulasi tersendiri. “Megawati seolah menegaskan bahwa ia sudah move on dari Jokowi,” ujar Amir.

Prabowo membangun kekuataan dengan Megawati karena tahu selama ini Ketua Umum PDIP merasa dikhianati Jokowi. “Prabowo kini menjadi patron besar. Ia sadar Jokowi sedang membangun dinasti melalui Gibran. Maka ia perlu aliansi diam-diam dengan Megawati, yang selama ini merasa dikhianati Jokowi,” kata Amir.

Aliansi ini bisa dilihat dalam bentuk “koordinasi simbolik”: Megawati yang hadir dalam kapasitas sebagai mantan Presiden dan Ketua Dewan Pengarah BPIP, dan Try Sutrisno yang mewakili suara militer tua yang tidak nyaman dengan Gibran.

Istilah “mengunci Jokowi dan Geng Solo” merujuk pada strategi politik Prabowo untuk membatasi ruang gerak politik Jokowi, Gibran, serta kelompok loyalis yang berasal dari Jawa Tengah, terutama Solo.

Menurut Amir Hamzah, “Prabowo sangat sadar bahwa Gibran bukan sekadar Wapres. Ia adalah simbol kelanjutan pengaruh Jokowi. Maka bila pengaruh Gibran tidak dibatasi sejak awal, 2029 bisa jadi ancaman langsung bagi otoritas politik Prabowo sebagai presiden.”

Amir juga menyebut bahwa Geng Solo tidak lagi hanya sebuah narasi informal, tapi struktur kekuasaan yang nyata. “Ada jaringan birokrat, politisi, bahkan aparat yang secara diam-diam loyal pada Jokowi. Ini yang ingin diredam.”

Peringatan Hari Pancasila seharusnya menjadi ajang refleksi ideologis, tetapi dalam praktik politik Indonesia, tidak lepas dari narasi kekuasaan. Gibran tampak tegang. Tak ada senyum politik, hanya sorot mata waspada. “Gibran tahu, dia sedang dikepung simbol,” kata Amir.

Lebih lanjut, ia menambahkan, “Ketika Megawati dan Try hadir dalam acara yang sama, pesan subliminalnya adalah: kamu bisa menjadi wapres, tapi kamu belum mendapat pengakuan dari para pendiri republik.”

Foto: Amir Hamzah (IST)

Komentar