Mengacu pada kalkulasi tersebut, menurut Nailul, untuk mencipta lapangan kerja 19 juta lowongan itu sulit tercapai.
Dengan perhitungan 1 persen pertumbuhan hanya menyerap 120 ribu tenaga kerja, per tahun hanya bisa menyerap 600 ribu tenaga kerja.
"Selama 5 tahun hanya 3 juta tenaga kerja saja. Jauh dari angka 19 juta yang disampaikan oleh Gibran. Jika pun terserap, hanya di sektor informal, yang minim perlindungan sosial," ungkapnya.
PHK dan Lapangan Kerja Baru
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengatakan ada sejumlah faktor yang menyebabkan tingginya angka PHK tahun ini, utamanya pada industri manufaktur.
Esther mengatakan industri manufaktur banyak membutuhkan bahan baku impor.
Namun, saat adanya masalah global dan menguatnya Dolar Amerika Serikat, maka terjadi kenaikan biaya produksi.
Ketika biaya produksi naik, maka harga barang akan meningkat juga. Saat harga barang semakin mahal, maka permintaan pasar akan menurun.
Efek panjangnya, beban biaya perusahaan akan meningkat, sehingga efisiensi akan menjadi jalan yang dipilih untuk mempertahankan perusahaan.
Efisiensi inilah, di mana tenaga kerja yang biasanya akan terdampak lebih awal.
"Nah, sehingga itu membuat permintaan terhadap produk mereka turun, omzet mereka turun, ya berarti kan tidak ada ini ya, apa namanya, artinya ada pengurangan ya. Pengurangan atau efisiensi yang mereka harus lakukan gitu. Nah, yang terakhir ya kalau mereka tidak bisa bertahan, ya ini akan layoff tenaga kerja besar-besaran gitu," ungkapnya.
Untuk mencipta lapangan kerja baru menurutnya pemerintah harus banyak mengalokasikan anggaran untuk pendidikan dan investasi.
Namun, menurutnya pemerintah tidak memprioritaskan dua segmentasi itu. Hal ini dibuktikan dengan anggaran pendidikan yang menurun.
"Lihat aja kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah ya di mana kan kalau mau wujudkan penciptaan lapangan pekerjaan 19 juta, yang pertama adalah upgrade kualitas tingkat pendidikan. Nah sekarang anggaran pendidikan itu berkurang, terus lebih banyak direlokasi anggaran ke yang lain MBG (Makan Bergizi Gratis), Koperasi Merah Putih, tidak ada upgrade skill dari sana. Nah harusnya kan selain akses pendidikan diperluas," pungkasnya.
Sumber: Detik
Artikel Terkait
Sopir Ambulans Ciamis Tewas Usai Antar Jenazah, Diduga Akibat Kelelahan dan Maag Akut
Prabowo Dipanggil Jokowi, Pemerintah Malaysia Langsung Minta Maaf: Geger di KTT ASEAN!
Raisa dan Hamish Daud Buka Suara: Ini Pernyataan Resmi Mereka Soal Penyebab Perceraian
Menkeu Purbaya Gebrak Meja: CoreTax Bakal Diperkuat Hacker Indonesia, Ganti Pihak Asing