Selain aspek hukum, para purnawirawan TNI menyebut Gibran tidak pantas menjabat sebagai wakil presiden dari sisi kepatutan dan etika.
Gibran disebut memiliki latar pendidikan yang meragukan dengan pengalaman sangat minim, hanya dua tahun menjadi walikota.
Akun Fufufafa yang diduga berkaitan dengan Gibran yang menjadi sorotan karena unggahan-unggahannya yang mengarah pada penghinaan tokoh publik, serta mengandung unsur seksual dan rasisme.
“Dari kasus tersebut, tersirat moral dan etika Sdr. Gibran sangat tidak pantas dan tidak patut untuk menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia,” seperti yang tercantum dalam surat tersebut.
Desakan para purnawairawan TNI ini dapat menjadi gelombang politik besar untuk memakzulkan Gibran. Sebab selama ini belum ada yang memulai seperti para purnawirawan ini.
Suara-suara yang mendesak Gibran untuk dimakzulkan hanya berupa teriakan orang per orang yang tidak terorganisir.
Dengan usia mereka yang sudah lanjut, para purnawirawan ini terlihat lebih tulus menyuarakan tuntutan itu atas dasar kecintaan kepada bangsa dan negara ini.
Dan bila gelombang itu terjadi maka itu bisa mengakhiri kisah politik dinasti Jokowi, sebab Gibran adalah putra mahkotanya yang menjadi alasan kuat cawe-cawenya selama ini.
Keempat, isu penggantian Kaplori. Isu ini berhembus sangat kencang dalam satu minggu terakhir dengan menyebut dua Rudi sebagai calon penggantinya, yakni Komjen Pol Rudy Heryanto yang sekarang menjabat Sekjen Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Irjen Pol. Rudy Darmoko yang menjabat Kapolda NTT.
Komjen Rudy Heryanto disebut berpeluang menjadi Kapolri karena dia salah satu perwira paling senior dengan pangkat bintang tiga.
Meski tidak berlatar belakang lulusan Akademi Kepolisian, Rudy Heryanto memiliki rekam jejak yang sangat moncer di kepolisian.
Adapun Irjen Rudy Darmoko, meskipun baru bintang dua, namun dia adalah lulusan terbaik Akpol di angkatannya.
Dengan latar belakang orangtuanya seorang perwira Kopasus TNI tentu saja Rudy Darmoko mendapat perhatian khusus Presiden Prabowo.
Pengamat politik Unas, Selamat Ginting menyebut Rudy Darmoko berpeluang menjadi Kapolri, salah satunya karena dia memiliki kedekatan dengan Prabowo yang sama-sama pengurus IPSI (ikatan Pencak Silat Indonesia).
Prabowo, kata Ginting memerlukan sosok yang kuat untuk melakukan bersih-bersih di dalam tubuh Polri.
Pergantian Kapolri sebenarnya adalah hal biasa saja. Apalagi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sudah menjabat selama 4 tahun lebih, lebih lama dari pendahulunya Tito Karnavian yang menjabat Kapolri tidak sampai 4 tahun.
Namun tak urung isu ini langsung dikaitkan dengan Jokowi dan geng Solonya.
Penggantian Kapolri dinilai sebagai upaya untuk mempreteli kekuatan Jokowi di tubuh Polri, karena Listyo adalah mantan ajudan Jokowi yang kemudian diangkat Jokowi menjadi Kapolri.
Kelima, pengungkapan kasus korupsi di kementerian pemerintahan Jokowi. Dua di antaranya yang sedang diselidiki adalah kasus judi online di Kominfo yang diduga melibatkan menterinya Budi Arie Setiadi dan kasus mark up pembelian laptop senilai Rp9,9 triliun di Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) era menteri Nadiem Makarim.
Termasuk juga kasus dugaan korupsi kuota haji di Kementerian Agama, dengan menterinya Yaqut Cholil Qoumas yang disebut menghilang setelah kasus itu mencuat.
Keenam, Jokowi terkena penyakit kulit. Kabar ini menyebar setelah foto dan video Jokowi yang tampil dengan bercak hitam di wajahnya dan kadas di tengkuknya. Beragam spekulasi dan dugaan muncul sebagai reaksi atas tampilan Jokowi ini.
Ada yang menyebut bercak hitam itu adalah penyakit autoimun yang diidap Jokowi akibat depresi yang dialaminya.
Namun tak sedikit yang mengaitkan dengan hal-hal ghaib atau metafisika yang menganggap totol hitam itu sebagai azab dari kebohongannya selama ini.
Termasuk seorang yang dikenal paham dengan dunia spiritual yang tak mau disebut namanya memberitahu Thephrase.id, bahwa Jokowi sudah tidak dikawal lagi dua sosok yang menjaganya selama ini.
Wallahu’alam yang pasti penyakit kulit atau bercak hitam itu akan menjadi penghalang Jokowi untuk tampil di depan publik.
Dari rangkaian peristiwa itu, penyakit kulit itu seolah menjadi closing semua kejadian yang menjadi tanda-tanda runtuhnya kekuatan Jokowi.
Walaupun sejatinya, kejayaan dan kejatuhan itu hal yang biasa dan alamiah saja yang akan dialami semua orang.
Hanya saja Jokowi terkesan seperti melawan hukum alam itu dengan ingin terus berkuasa yang mengakibatkan terjadinya kegaduhan dan pro kontra. ***
Sumber: ThePrase
Artikel Terkait
Target Ekonomi 8%, Purbaya Yudhi Sadewa Beberkan Strategi & Kritik Kebijakan 10 Tahun Terakhir
Harga Pertamina Dex & Dexlite Naik 1 November 2025: Daftar Lengkap BBM Terbaru
KPK Selidiki Proyek Whoosh KCJB: Jokowi dan Para Menteri Bisa Dipanggil
Gempa Magnitudo 5.0 Guncang Kaimana Papua Barat, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami