'Teka-Teki Prabowo Melindungi Jokowi'
Oleh: Ali Syarief
Akademisi
Bagaimana Presiden Terpilih Prabowo Subianto menjelma jadi penjaga setia masa lalu politik yang dulu ia lawan.
Di balik manuver perlindungannya, ada strategi kekuasaan dan kompromi yang belum selesai.
Setelah dua kali menjadi lawan dalam pemilihan presiden dan dua kali pula menelan kekalahan, Prabowo Subianto kini justru menjadi pelindung paling setia Joko Widodo.
Ketika kritik terhadap mantan Gubernur DKI Jakarta itu menguat, terutama soal dugaan penyimpangan kekuasaan selama dua periode pemerintahannya, Prabowo tampil pasang badan.
Di hadapan publik, ia bahkan menyebut Jokowi sebagai “aset bangsa yang sangat berharga dan perlu terus diberdayakan.”
“Ada yang ingin menghapus jejak keberhasilan beliau,” ujar Prabowo dalam sebuah pertemuan tertutup dengan relawan Gibran, April lalu.
“Tapi sejarah tidak bisa dibohongi.”
Pernyataan itu dilontarkan justru saat laporan audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengungkap kerugian negara dari proyek food estate sebesar Rp2,3 triliun pada 2023.
Program yang digagas Jokowi dan dilaksanakan Kementerian Pertahanan di bawah Prabowo itu terbukti menyisakan lahan mangkrak di Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara, tanpa hasil yang menjanjikan.
Namun, tak ada evaluasi. Tak ada investigasi lanjutan. Yang ada hanyalah diam.
Apa yang membuat Prabowo bersedia menjaga orang yang dulu ia tuduh sebagai perusak demokrasi?
Jawabannya mungkin bukan sekadar balas budi. Meski dukungan Jokowi terhadap pasangan Prabowo-Gibran tak pernah diucapkan secara eksplisit, semua orang tahu arah restu itu.
Kaesang Pangarep, putra bungsu Jokowi yang merangsek ke dunia politik lewat Partai Solidaritas Indonesia, menjadi sinyal awal bahwa keluarga Jokowi ingin tetap punya pengaruh usai sang ayah pensiun.
Gibran Rakabuming Raka, yang secara kontroversial melenggang sebagai calon wakil presiden berkat putusan Mahkamah Konstitusi yang dibayangi konflik kepentingan, adalah kartu truf utamanya.
Dengan Gibran di sampingnya, Prabowo tidak hanya mengamankan suara pemilih muda dan loyalis Jokowi, tapi juga mewarisi jejaring kekuasaan yang dibangun Jokowi selama satu dekade: pengusaha, birokrasi, militer, dan relawan.
Melindungi Jokowi berarti menjaga integritas jaringan itu agar tidak bubar sebelum waktu.
“Gibran adalah simbol kesinambungan. Tanpa dia, tak akan ada jaminan Jokowi tetap punya tempat di lingkar kekuasaan,” kata seorang analis politik senior dari LIPI yang enggan disebut namanya.
Artikel Terkait
Strategi Partai Perindo Dongkrak 130 Juta Warga Naik Kelas Ekonomi
Hary Tanoe: Partai Perindo Akan Jadi Partai Besar, Ini Kuncinya!
Menteri Agama Nasaruddin Umar: Keikhlasan Kunci Utama dalam Berpolitik
Partai Perindo Tegaskan Politik Akuntabel: Siap Diperiksa Rakyat!