Kursi-kursi itu tidak hanya bisa diduduki oleh yang punya visi, tapi yang terutama punya misi: menyetor uang dalam jumlah besar. “Logistik politik” adalah istilah sopannya.
Tapi kita semua tahu, yang dimaksud adalah transaksi. Transaksi untuk menyingkirkan idealisme dan menggantinya dengan pragmatisme busuk.
Ketika uang menjadi tiket utama untuk masuk ke parlemen, maka jangan heran jika yang diwakili bukan lagi rakyat, melainkan para pemodal.
Semua Bisa Dibeli, Termasuk Musuh dan Kawan
Dalam politik Indonesia, musuh hari ini bisa jadi kawan esok hari, dan sebaliknya. Dulu kita diajari tentang integritas, kini yang dijual justru fleksibilitas.
Para politisi kita tampaknya lebih jago menari di atas kubangan lumpur konflik kepentingan daripada menyuarakan kepedulian atas ketidakadilan.
Prabowo dan Jokowi adalah contoh gamblang. Yang satu mencaci habis-habisan, yang satu membalas tak kalah beringas.
Tapi pada akhirnya, mereka berpelukan demi “kepentingan bangsa”—yang sebetulnya hanyalah kedok untuk mempertahankan kekuasaan bersama. Dalam sistem ini, kejujuran adalah beban, dan konsistensi adalah kutukan.
Inikah “The Real Indonesia”?
Jika ini yang disebut sebagai wajah asli Indonesia—yang miskin nilai, penuh rekayasa, dan terjebak dalam kepalsuan politik—maka kita punya alasan untuk bukan hanya malu, tapi juga pilu.
Kita tidak sedang membangun bangsa, kita sedang mempertontonkan degradasi. Pendidikan dihina, perjuangan dinista, dan kejujuran dikhianati.
Indonesia hari ini bukan tentang siapa yang layak, tapi siapa yang kuat secara finansial dan genealogis.
Kamu tak perlu bangga karena Jokowi bisa jadi presiden. Justru kamu perlu cemas, karena sistem yang memungkinkan itu juga sedang menghancurkan akal sehat kita sebagai bangsa. ***
Sumber: FusilatNews
Artikel Terkait
Demo Komisaris Transjakarta Ancam Gorok Leher, Publik Jepang Desak Larangan Masuk
Kematian Terapis 14 Tahun di Delta Spa: DPR Desak Usut Tuntas Dugaan Eksploitasi Anak
Komisaris Transjakarta Dilarang Masuk Jepang, Kecam Orasi Ancaman Gorok Leher
Oknum Polisi Tewaskan Dosen IAK Bungo: Motif Asmara, Keterlibatan Pelaku Lain Didalami