Tak berhenti di situ. Ingatkah Bapak pada kasus “Buku Merah” di KPK? Buku catatan dugaan aliran dana dari pengusaha ke sejumlah petinggi, termasuk nama Tito tertulis di sana. Halaman buku itu, tragisnya, malah dirobek oleh penyidik KPK sendiri, dari unsur Polri. Apa yang sesungguhnya hendak disembunyikan?
Pelaku perobek buku tak sempat dapat sanksi dari KPK. Mereka buru-buru dikembalikan ke satuan instansi asalnya. Dan lebih tragis lagi, berikutnya mereka justru dapat promosi pangkat dan jabatan.
Kini Tito kembali bikin gaduh. Keputusan soal pulau-pulau Aceh bisa menjadi pemicu konflik yang besar. Bahkan disintegrasi yang sangat kita hindari. Dia bermain api di atas lautan minyak. Lautan minyak itu bernama Aceh, Bapak Presiden.
Maka izinkan sebagai rakyat saya bertanya: Mengapa Bapak masih mempertahankan sosok seperti ini? Apakah karena dia menteri yang tempo hari Bapak sebut bekerja cukup baik? Parameternya apa, Pak Presiden? Ukurannya apa?
Apakah karena Tito menteri Bapak yang kinerjanya cukup memuaskan? Memuaskan buat siapa, pak Presiden? Buat rakyat, Tito justru mengerikan. Sangat mengerikan!
Atau, apakah karena Tito sering disebut bagian dari Geng Solo? Kalau benar begitu, bukankah apa yang dilakukannya bisa jadi skenario membusukkan pemerintahan Bapak dari dalam? Bukankah Bapak sangat tidak suka jika disebut ada matahari kembar? Saya juga benci dengan istilah itu.
Saya tahu, Pak Presiden, bahwa banyak yang menyebut Tito dan gerbongnya punya peran besar dalam pemenangan Bapak dan Gibran di Pilpres kemarin. Tapi andaikan itu benar, haruskah utang politik dibayar dengan membiarkan NKRI diacak-acak? Oleh seorang Tito?
Bapak Presiden,
Jika Bapak tidak segera mencopot Tito Karnavian, jangan salahkan bila rakyat makin yakin bahwa Bapak memang tersandera oleh Geng Solo. Publik akan percaya, bahwa Bapak tidak mencopot Tito Karnavian karena utang budi politik kepada mereka. Ironisnya, kini justru mereka menggembosi pemerintahan Bapak dari dalam.
Rakyat berharap besar pada Bapak. Jangan biarkan harapan itu berubah menjadi kekecewaan. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing Bapak dengan hikmah dan keberanian. Aamiin ya robbal alamiin…
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta, 18 Juni 2025
Hormat saya,
Edy Mulyadi
Wartawan, Anak Bangsa
Artikel Terkait
Wamenag Zainut Tauhid Saadi Minta Gus Elham Hentikan Aksi Cium Anak Perempuan yang Viral
Roy Suryo Bandingkan Perjuangan Kasus Ijazah Jokowi dengan Pangeran Diponegoro
Kisah Sembuh dari Gagal Ginjal Stadium 5: Transplantasi di RSCM Berhasil
Modus Korupsi Proyek Fisik: Mengungkap 4 Tahap Sistematis & Dampaknya