Alarm Indonesia Gelap Syahganda Nainggolan: Tiga Biang Kerok Ini Bikin Rakyat Menderita!

- Selasa, 22 Juli 2025 | 06:50 WIB
Alarm Indonesia Gelap Syahganda Nainggolan: Tiga Biang Kerok Ini Bikin Rakyat Menderita!

PARADAPOS.COM - Sebuah istilah menusuk, 'Indonesia Gelap', kini menggema di ruang publik, menantang narasi optimistis pembangunan yang kerap digaungkan pemerintah.


Konsep ini bukan sekadar slogan kosong, melainkan sebuah temuan riset yang diklaim sebagai fakta "natural dan organik" oleh Syahganda Nainggolan, Ketua Dewan Direktur Great Institute.


Dalam diskusi panas di podcast Forum Keadilan TV, Syahganda tanpa tedeng aling-aling membedah realitas sosial ekonomi yang ia sebut sebagai penderitaan riil masyarakat, sebuah kondisi yang tumbuh dari bawah, bukan direkayasa oleh kepentingan elite.


Fakta Natural dan Organik, Bukan Rekayasa Elit


Di saat banyak pihak mungkin menganggap isu ini sebagai manuver politik, Syahganda Nainggolan justru memberikan penekanan yang berbeda. 


Menurutnya, 'Indonesia Gelap' adalah cerminan langsung dari apa yang dirasakan rakyat jelata.


"Great Institute melakukan riset yang menunjukkan 'Indonesia Gelap' adalah fakta natural, bukan rekayasa, dan bersifat organik," tegas Syahganda dikutip dari YouTube. 


Ia menjelaskan bahwa fenomena ini lahir dari akumulasi penderitaan dan keputusasaan di tengah masyarakat, bukan digerakkan oleh agenda politik tertentu.


Pernyataan ini secara langsung menyajikan antitesis terhadap klaim-klaim keberhasilan ekonomi dan menyorot jurang yang menganga antara data di atas kertas dengan kenyataan pahit di lapangan.


Tiga Akar Pahit Penyebab 'Indonesia Gelap'


Syahganda tidak berhenti pada konsep. 


Ia merinci tiga pilar utama yang menjadi biang kerok lahirnya kondisi memprihatinkan ini, berdasarkan analisis mendalam lembaganya. 


Tiga masalah fundamental ini saling terkait dan menciptakan lingkaran setan pesimisme.


1. Krisis Lapangan Kerja dan Generasi Muda yang 'Hopeless'


Akar masalah pertama yang paling krusial adalah sulitnya mencari penghidupan. 


Ini bukan sekadar statistik, melainkan potret nyata keputusasaan yang melanda generasi produktif.


"Anak muda hopeless karena kesulitan mencari kerja," ujar Syahganda.

Halaman:

Komentar