Kaesang Anak Emas Jokowi, Bukan Gibran

- Jumat, 01 Agustus 2025 | 08:50 WIB
Kaesang Anak Emas Jokowi, Bukan Gibran


Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Kaesang Pangarep, digadang-gadang akan menjadi penerus sang ayah Presiden ke-7 RI Joko Widodo alias Jokowi dalam dunia politik.

Analis komunikasi politik Hendri Satrio berkeyakinan, meskipun putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, kini menjabat Wakil Presiden RI, namun estafet politik justru diteruskan oleh sang adik.

Keyakinan Hensat, sapaan akrab Hendri Satrio, berdasarkan pernyataan Jokowi yang akan memberikan dukungan penuh kepada PSI. Hal ini merupakan strategi untuk mempersiapkan Kaesang menuju kontestasi politik jangka panjang, khususnya pada Pemilu 2034.

Meski begitu, Hensat menyebut pernyataan Jokowi yang menyatakan dukungan penuh kepada PSI sebagai sebuah "blunder" politik. Menurutnya, dukungan tersebut justru memicu persaingan ketat antarpartai yang melihat PSI sebagai ancaman. 

"Satu, tidak semua orang Indonesia menyukai Jokowi. Kedua, pernyataan itu membuat partai lain langsung berhitung dan memanaskan mesin politik mereka," ujar Hensat kepada redaksi, Jumat, 1 Agustus 2025.

Namun, di balik langkah tersebut, Hensat melihat adanya agenda besar Jokowi untuk memposisikan Kaesang sebagai figur politik masa depan.

"Jokowi sepertinya mengincar 2034, dan anak emasnya di politik bukan Gibran, melainkan Kaesang," kata Hensat.

Ia menilai Gibran, yang kini menjabat Wakil Presiden, tidak lagi dipersiapkan untuk peran politik yang lebih besar setelah masa jabatannya selesai di 2029 nanti.

"Gibran selesai sebagai wapres. Dia sudah dikarbit, tidak melalui pendidikan politik yang organik," tambah founder Lembaga Survei Kedai KOPI tersebut.

Dia pun menyoroti penempatan Kaesang sebagai Ketua Umum PSI sebagai langkah strategis Jokowi untuk memberikan pendidikan politik yang lebih dalam. Hal ini, menurutnya, tak akan didapatkan oleh Gibran meski sekarang ia menjabat sebagai wakil presiden.

"Kaesang bisa belajar banyak dengan bertemu ketua-ketua partai lain, tokoh besar, bahkan duduk satu meja dengan figur seperti Megawati Soekarnoputri dalam rapat politik. Itu pendidikan politik yang sangat baik," jelas Hensat.

Sebaliknya, Gibran, dengan posisinya sebagai Wapres, terbatas dalam dinamika politik praktis karena perannya lebih banyak mendampingi presiden tanpa keterlibatan langsung dengan ketua partai.

Hensat juga mencermati pernyataan Jokowi yang meminta Kaesang tidak tergesa-gesa maju pada 2029, melainkan menargetkan 2034.

"Itu menunjukkan Jokowi sedang mempersiapkan Kaesang secara matang. Kaesang belum menunjukkan kualitas politiknya, tapi justru itu yang membuatnya fleksibel untuk dibentuk," ujarnya.

Ia membandingkan pendekatan ini dengan strategi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mempersiapkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai penerus politiknya.

Menurut Hensat, perjalanan politik Kaesang lebih terbuka untuk berkembang karena ia menghadapi tantangan dan dinamika politik secara langsung sebagai ketua partai.

"Gibran tidak akan pernah besar sebagai politikus karena dia tidak menemui kesulitan-kesulitan politik seperti yang dihadapi Kaesang," pungkasnya.

Sumber: rmol
Foto: Dua putra Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep/Net

Komentar