Dari Banser ke Menteri Agama: Yaqut dan Luka Umat Islam – “Adzan Lebih Indah dari Gonggongan Anjing”

- Selasa, 19 Agustus 2025 | 20:05 WIB
Dari Banser ke Menteri Agama: Yaqut dan Luka Umat Islam – “Adzan Lebih Indah dari Gonggongan Anjing”

Kontroversi Adzan: Luka di Simbol Suci


Puncak kemarahan umat Islam terjadi saat Yaqut membandingkan suara azan dengan gonggongan anjing. 


Meskipun ia berkilah bahwa maksudnya adalah persoalan volume pengeras suara masjid, publik sudah terlanjur tersakiti.


Azan adalah panggilan suci, syiar Islam yang tidak hanya mengingatkan waktu shalat, tetapi juga menjadi identitas keimanan yang melekat di ruang publik. 


Menyamakan azan dengan suara binatang najis seperti anjing dianggap bukan sekadar salah ucap, melainkan penghinaan terang-terangan terhadap simbol paling sakral dalam Islam.


Di titik inilah, Yaqut dicap tidak peka terhadap sensitivitas umat. 


Seorang Menteri Agama seharusnya menjadi teladan dalam merawat kehormatan simbol-simbol agama, bukan menyinggungnya dengan perbandingan yang melecehkan.


Haji, Umrah, dan Administrasi yang Membebani


Sebagai Menag, Yaqut juga tidak lepas dari kritik dalam urusan penyelenggaraan ibadah haji dan umrah. 


Biaya yang terus meningkat, layanan yang sering dikeluhkan, serta ketidakjelasan transparansi dana membuat umat merasa semakin terbebani. 


Di saat yang sama, Yaqut dinilai lebih banyak mengurus citra politik ketimbang fokus memperbaiki tata kelola pelayanan ibadah.


Dari Banser hingga Kemenag: Jejak Polarisasi


Garis merah yang bisa ditarik dari perjalanan Yaqut adalah pola kepemimpinan yang konfrontatif dan partisan. 


Sebagai ketua Banser, ia dikenal keras terhadap kelompok Islam lain. Sebagai Menteri Agama, ia membawa gaya yang sama ke institusi negara. 


Dampaknya, Islam sebagai agama mayoritas justru merasa terpinggirkan, sementara sekat-sekat perbedaan semakin tebal.


Jika seorang Menteri Agama seharusnya menjadi jembatan ukhuwah dan pengayom seluruh umat, maka Yaqut justru menorehkan kesan sebaliknya. 


Ia tampil lebih sebagai komandan ormas yang membawa kepentingan kelompok, bukan negarawan yang mengayomi semua.


Sumber: FusilatNews

Halaman:

Komentar