Menurut dia, mereka memiliki kemampuan membentuk opini yang akan merugikan dan merusak citra Prabowo sebagai presiden. Selanjutnya, perihal komunikasi.
"Adanya kelompok kecil di sekeliling Prabowo yang memagari dan menghalanginya untuk berkomunukasi dan dekat dengan rakyat sehingga kepemimpinan Prabowo terkesan elitis," papar Buya Anwar.
Persoalan-persoalan lainnya berkaitan dengan adanya kesenjangan antara kata dan perbuatan.
Alhasil, menurut Buya Anwar, timbul kesan di tengah rakyat bahwa apa-apa yang dikatakan Prabowo hanya "omon-omon" belaka.
Kemudian, kehadiran para menteri dan wakil menteri dalam kabinet Presiden Prabowo Subianto yang merupakan "titipan" dari pihak-pihak tertentu.
Buya Anwar mengatakan, hal itu berimbas pada kesetian mereka bukan kepada Presiden, tetapi para bohirnya.
"Lalu, mentalitas dari para penegak hukum yang tidak lagi berorientasi kepada kebenaran dan keadilan. tapi kepada pesanan dan tekanan. Terakhir, banyaknya janji-janji Prabowo yang sangat sulit diwujudkan karena keterbatasan dana dan anggaran," ucap Buya Anwar.
Waketum MUI menilai, jika Prabowo tidak bisa mengelola dan mengatasi semua masalah itu dengan baik, maka rasa percaya (trust) rakyat terhadap sang presiden RI tentu akan melorot.
Bila itu yang terjadi, tentu kepemimpinan Presiden Prabowo akan bermasalah.
"Kita tentu saja tidak mau hal itu terjadi," tukas dia.
Sumber: Republika
Artikel Terkait
John Micklethwait Bloomberg Sebut Joko Wikodo, Salah Ucap Nama Jokowi
Cara Menulis Artikel SEO yang Benar untuk Meningkatkan Peringkat di Google
75.000 Pil Ekstasi Ditemukan di Mobil Kecelakaan, Lencana Polri di Kursi Sopir Hebohkan Publik
Salam Social Resmi Hadir: Jejaring Sosial Muslim Aman & Nyaman di Indonesia