Mari kita bandingkan:
Rektor UGM & Arsip Resmi:
Memiliki data asli.
Arsip akademik tersimpan rapi.
Pernyataan diucapkan berkali-kali dalam kapasitas resmi.
Didukung dokumen institusi.
Buku Putih Roy Cs:
Tidak punya arsip asli.
Tidak berwenang mengeluarkan keterangan soal akademik.
Berbasis dugaan dan interpretasi pribadi.
Justru berpotensi menyeret penyusunnya ke ranah hukum.
Jika masih bingung memilih mana yang sah, mungkin kita perlu bertanya balik: apakah kita masih percaya pada otoritas kampus negeri sebesar UGM, atau lebih percaya pada tafsir personal sekelompok orang?
Analisis Hukum: Bisa Jadi Bumerang
Secara hukum, apa yang dilakukan Roy Suryo cs bukan sekadar opini, tapi bisa dikategorikan sebagai penyebaran berita bohong (hoaks) jika terbukti tidak memiliki dasar bukti yang kuat.
Beberapa pasal yang berpotensi digunakan aparat penegak hukum antara lain:
Pasal 14 ayat (1) dan (2) UU No. 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana, yang mengatur penyebaran berita bohong yang menimbulkan keonaran. Ancaman hukuman bisa mencapai 10 tahun penjara.
Pasal 28 ayat (2) UU ITE, jika konten tuduhan dianggap menimbulkan kebencian atau permusuhan di masyarakat berbasis SARA atau golongan tertentu.
Pasal 310 dan 311 KUHP, tentang pencemaran nama baik dan fitnah, jika tuduhan tersebut dianggap menyerang kehormatan pribadi maupun institusi.
Dengan demikian, Buku Putih itu bisa berbalik menjadi "Buku Hitam" bagi penulisnya, bukan hanya dalam catatan sejarah, tapi juga di meja hijau pengadilan.
Satir dalam Serius
Lucunya, perdebatan ini terjadi di era digital, di mana data akademik bisa diverifikasi dengan cepat. Tetapi sebagian orang lebih suka teori konspirasi ketimbang fakta resmi.
Seperti kata filsuf Voltaire: "Those who can make you believe absurdities can make you commit atrocities." Mereka yang bisa membuat Anda percaya pada absurditas, bisa membuat Anda melakukan hal-hal gila.
Polemik ijazah ini adalah cermin bagaimana bangsa ini mudah terseret oleh narasi sensasional, alih-alih data yang sah.
Padahal, kalau fokus energi digunakan untuk membahas kualitas kebijakan, mungkin bangsa ini sudah lebih maju satu langkah.
Penutup: Belajar dari Ironi
Perbedaan antara pernyataan resmi UGM dan "Buku Putih" Roy Cs ibarat perbedaan antara air mineral dan air got. Keduanya cair, tapi jelas berbeda fungsi dan sumbernya.
Maka, kembali ke pertanyaan: mana yang sah? Jawabannya sederhana: yang punya otoritas, bukan yang punya opini.
Sebagaimana kata Pramoedya Ananta Toer, "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah."
Roy cs memang menulis. Tapi menulis tanpa dasar, bisa jadi bukan tercatat dalam sejarah, melainkan dalam berkas perkara.
Sumber: Kompasiana
Artikel Terkait
Strategi PSI 2029: Dapat Dukungan Penuh Jokowi Setelah 2 Kali Gagal?
Pemakzulan Gus Yahya? Kronologi Lengkap Kontroversi Israel hingga Surat PBNU
Misteri Kematian Dosen Untag Semarang: Fakta Hubungan dengan AKBP Basuki dan Peringatan Rekan
KPK Tegaskan Uang Rp 300 Miliar ke Taspen Bukan Pinjaman Bank, Tapi Hasil Rampasan Korupsi