Ada delapan orang yang terjebak di dalam rumah saat massa datang. Mereka pun lari ke rooftop rumah untuk menyelamatkan diri.
"Namanya panik kan. Begitu sudah lempar-lemparan batu, pagar sudah digoyang-goyang, mereka naik ke atas untuk menyelamatkan diri," ucap Tabroni yang tidak ikut terjebak karena sempat keluar rumah sesaat sebelum massa datang.
Tabroni menyebut orang-orang yang berada di dalam rumah berupaya menyelamatkan diri dengan berbagai cara.
Di antaranya dengan bersembunyi maupun melompat ke rumah tetangga dari atap.
Warga sekitar tidak bersedia mengkonfirmasi cerita tersebut.
Sahroni tidak membawa telepon genggam saat bersembunyi.
Tas yang berisi handphone-nya tertinggal di dalam rumah dan hilang saat penjarahan.
Tabroni dan staf Sahroni lainnya tak bisa mengontak atasan mereka itu hingga malam.
Mereka baru mengetahui kabar Sahroni pada sekitar pukul 22.00 WIB setelah dihubungi oleh Feby Belinda, istri Sahroni, yang berada di luar Jakarta.
Ternyata, Sahroni telah berhasil memanjat atap dan masuk ke rumah salah satu tetangganya.
Politikus NasDem itu kemudian meminjam telepon tetangganya itu untuk menghubungi istrinya.
"Itu satu-satunya nomor handphone yang beliau ingat," kata Tabroni.
Ketua Rukun Tetangga (RT) setempat, Yuridisman, mengatakan warga sempat menutup akses gang menuju rumah Sahroni setelah peristiwa penjarahan.
Tujuannya untuk mencegah orang yang tidak tinggal di daerah itu berlalu-lalang.
Portal yang dipasang warga itu kini telah diturunkan.
"Saat ini sudah kembali normal," kata Yuridisman saat ditemui Tempo di rumahnya pada Selasa, 23 September 2025.
Sumber: Tempo
Artikel Terkait
Doktif Tersangka Pencemaran Nama Baik Richard Lee: Kronologi & Fakta Hukum Terbaru
SBY Minta Stop Bandingkan Penanganan Banjir: Bukan Ajang Kompetisi
Mutasi TNI 2025: Letjen Widi Prasetijono, Eks Ajudan Jokowi, Diproses Hukum Kasus TPPU
Gugatan Ijazah Jokowi Ditolak: Analisis Hukum Lengkap & Prospek Kasus ke Depan