Mengurai Isu Pembiayaan dan Dugaan Mark Up Hutang Kereta Cepat Whoosh
Pembiayaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCIC) atau Whoosh kembali menjadi sorotan. Kebijakan pemerintah untuk tidak menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam membayar hutang proyek ini dikabarkan menimbulkan kekhawatiran di kalangan tertentu. Skema pembayaran yang awalnya Business to Business (B to B) dengan China disebut bergeser.
PT BPI Danantara, sebagai holding BUMN, ditunjuk untuk menangani penyelesaian kewajiban hutang KCIC yang dilaporkan mencapai Rp 116 triliun. Penunjukan ini menuai beragam tanggapan dari para pengamat.
Analisis Pengamat: Indikasi Mark Up dan Risiko Bangkrut
Seorang analis kebijakan publik, Agus Pambagio, menyatakan bahwa ide kerja sama Whoosh dengan skema hutang ke China berasal dari mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sementara itu, ekonom Anthoni Budiawan memberikan pandangan bahwa proyek ini terindikasi mengalami mark up yang signifikan.
Artikel Terkait
Viral Unggahan Anak Purbaya: Toba Pulp Lestari Diduga Penyebab Banjir Sumut?
Bupati Aceh Utara Menangis: Banjir Kritis, Korban Jiwa Belum Terevakuasi - Update 2025
Gus Ulil PBNU Tolak Zero Mining: Pandangan Tidak Tepat, Ini Solusinya
Video Viral 19 Menit: Fakta Klarifikasi Sweet Zannat & Bukti Rekayasa AI