Rocky menegaskan bahwa posisi wakil presiden pada periode selanjutnya—yang ia sebut sebagai "putra mahkota"—haruslah diisi oleh figur yang mampu memahami dan menjalankan gagasan-gagasan kompleks tersebut. "Bukan Gibran lah, kalau misalnya ide-ide Pak Sumitro dijadikan sebagai pedoman untuk membangun kembali Indonesia, ya pasti Gibran buta huruf terhadap itu kan," ungkapnya.
Kader Gerindra dan Tokoh Alternatif
Rocky mengungkapkan bahwa di lingkaran internal Gerindra sendiri telah mulai mempersiapkan sejumlah tokoh yang dianggap lebih mumpuni. "Ada yang punya potensi untuk menghidupkan kembali pikiran-pikiran partai sosialis lama, yang didirikan oleh mendiang Prof. Soemitro, jadi di kalangan Gerindra sendiri pasti kader tersedia," kata dia.
Lebih jauh, Rocky juga menyoroti munculnya tokoh-tokoh di luar Gerindra. Salah satu nama yang disebutkannya adalah Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi atau Kang Dedi, yang popularitasnya semakin menanak. Namun, Rocky menekankan bahwa seorang calon pemimpin harus diukur dari kemampuannya dalam isu-isu strategis global.
"Dedi Mulyadi yang popularitasnya makin naik itu, tapi orang tetap menunggu bagaimana konsep-konsep Kang Dedi di dalam soal global politics, environmental ethics, human solidarity," ucap Rocky. Ia menambahkan bahwa citra kepemimpinan tidak bisa dibangun hanya melalui video sensasional, melainkan memerlukan pengetahuan yang luas dan kemampuan analisis mendalam terhadap berbagai isu strategis.
Sumber: Suara.com
Artikel Terkait
Prabowo Tolak Bantuan Asing Bencana Sumatra: Alasan & Langkah Penanganan Pemerintah
Paket Internet XL 2024: Panduan Lengkap MyXL untuk Streaming, Kerja & Keluarga
Video Ferdy Sambo Berkhotbah di Lapas Cibinong Viral, Begini Penjelasan Ditjen PAS
Resbob Ditangkap Polisi di Semarang: Kronologi Lengkap Kasus Ujaran Kebencian SARA