“Pembengkakan biaya ini muncul setelah proyek-proyek sudah mau selesai. Mereka hitung dan dia bilang ada pembengkakan biaya, jadi sangat aneh sekali,” tambah Anthony.
Pandemi Ditolak Sebagai Alasan Keterlambatan
Anthony juga menepis alasan pandemi sebagai penyebab keterlambatan dan pembengkakan biaya. Menurutnya, proyek ini sudah mengalami penundaan bahkan sebelum pandemi COVID-19 melanda.
“Proyek ini kan rencananya selesai 31 Mei 2019. Oke ada delay saat itu 2 bulan, tapi kan belum sampai pandemi. Jadi pandemi ini tidak bisa dibilang sebagai kahar untuk proyek ini,” tegasnya.
Pandangan Sosiolog Soal Alasan Jokowi Setujui Proyek
Di sisi lain, Sosiolog NTU Singapura, Prof. Sulfikar Amir, memberikan pandangannya mengenai alasan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyetujui proyek ini.
Menurutnya, keputusan tersebut lahir dari kekaguman Presiden terhadap teknologi kereta cepat saat berkunjung ke China.
“Jadi Jokowi waktu berkunjung ke China, saya lupa tahun berapa mungkin 2015. Waktu itu dia naik kereta cepat dan di situlah dia terpesona,” jelas Sulfikar, dikutip dari YouTube Abraham Samad SPEAK UP.
“Jokowi ini kan agak naif ya kalau soal teknologi, jadi dia pikir Kereta cepat buatan China itu sudah yang paling maju,” ujarnya.
Artikel Terkait
Polisi Tangkap 2 Pelaku Pengeroyokan Pelajar di Langkat yang Viral
Sahur Pertama Melda Berakhir Air Mata: Anak Merengek Minta Ayam, Cuma Nasi dan Sambal yang Ada
Kontainer Cesium-137 Bocor: Penyebab Udang Indonesia Diblacklist Amerika Serikat
Purbaya Boyong Hacker LPS dari Rusia, Strategi Gaya KGB untuk Perkuat Coretax?