Arab Saudi berperan penting dalam diversifikasi ekonomi Rusia di bawah sanksi Barat. Bagi Riyadh, perjanjian tersebut sesuai dengan inisiatif diversifikasinya. Misalnya, ekspor produk pertanian Rusia ke Kerajaan Arab Saudi meningkat sebesar 49 persen pada tahun 2022, mendekati 1 miliar dolar AS.
Arab Saudi telah diundang untuk bergabung dengan kelompok BRICS, di mana Rusia memainkan peran penting bersama dengan Cina, Brasil, India, dan Afrika Selatan. Daripada mempertimbangkan keputusan untuk bergabung dengan blok tersebut sebagai keputusan politis, tampaknya Arab Saudi lebih memprioritaskan keuntungan ekonomi. Menteri Luar Negeri Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan bahwa BRICS adalah “saluran yang bermanfaat dan penting” untuk memperluas kolaborasi ekonomi.
Para pejabat Rusia pun mengapresiasi posisi ini. Dalam pidatonya di Majelis Federal pada bulan Februari, Putin mencatat: “Negara-negara BRICS, dengan mempertimbangkan negara-negara yang baru-baru ini menjadi anggota asosiasi ini (Argentina, Mesir, Iran, Ethiopia dan UEA), akan menyumbang sekitar 37 persen pendapatan global. PDB (pada tahun 2028), sedangkan angka G7 akan turun di bawah 28 persen.”
Singkatnya, landasan yang dibangun oleh para pemimpin saat ini dalam beberapa tahun terakhir akan membawa dinamika positif lebih lanjut dalam hubungan Saudi-Rusia, dan hal ini akan menimbulkan diversifikasi. Selain hard power, kedua negara juga bisa mendapatkan manfaat dari soft power sebagai mekanisme kolaborasi.
Rusia dapat lebih diintegrasikan ke dalam program diversifikasi ekonomi Saudi yang dikenal sebagai Visi 2030. Misalnya, Rusia dapat menjadi tuan rumah forum bilateral “Rusia dalam Visi Saudi 2030” bagi para pemangku kepentingan bisnis dan investasi, dengan pameran mengenai potensi industri di wilayah Rusia dan Arab Saudi.
Selain itu, penggunaan soft power agama juga bisa berperan. Ini adalah salah satu tujuan Visi 2030 untuk menjadikan dunia Muslim sebagai pusat perhatian. Lebih banyak hal yang bisa dilakukan oleh wilayah Muslim Rusia dalam membangun hubungan. Rusia tahun lalu meluncurkan program percontohan perbankan dan keuangan Islam, sehingga bank-bank Saudi bisa mendapat izin untuk melaksanakan operasi ini.
Demi mencapai tujuannya untuk mendiversifikasi perekonomiannya, Riyadh merasa tidak terlalu terikat dengan Washington melalui perjanjian 'minyak untuk perlindungan' yang dimulai pada 1945, dan pada saat yang sama menuntut pakta bantuan, Jean-Michel Bezat mencatat dalam kolomnya di Le Monde.
Sebagai bagian dari rencana Visi 2030 Putra Mahkota Mohammed bin Salman, yang dikenal sebagai MBS, ambisi ini memerlukan biaya yang sangat tinggi, dan dibiayai oleh sumber daya utamanya. Minyak, yang telah dieksploitasi sejak tahun 1938, menjadi sangat penting. Riyadh akan melakukan segala daya untuk memperluas produksi selama mungkin.
Sumber: republika
Artikel Terkait
ICW Laporkan Korupsi Pengurangan Porsi Makanan Haji Rp 255 M, Serahkan 3 Nama Terduga Pelaku
VIRAL Aksi Penghapusan Mural One Piece di Sragen, TNI Klaim Sukarela Tapi Kok Dikawal dan Diawasi?
Pengibar Bendera One Piece Diburu Aparat, Soleh Solihun: Kalau Bendera Ormas sama Parpol Boleh
Fantastis! Dilaporkan Tom Lembong, Lonjakan Harta Kekayaan Hakim Dennie Arsan Fatrika Jadi Sorotan