“Kita telah lakukan beberapa kajian tipe-tipe jembatan diantaranya box beton (Box Girder), gelagar beton hingga girder dengan struktur sambungan yang menggunakan pin (Unibridge). Kemudian disepakati menggunakan metode unibridge dengan sejumlah pertimbangan,” ujarnya.
Lebih lanjut dijelaskan dengan penggunaan unibridge maka jumlah kolom yang diperlukan lebih sedikit, struktur atas yang ringan sehingga dapat mengoptimasi dimensi kolom dan pondasi, proses pekerjaan yang lebih mudah dan sederhana, sehingga metode ini lebih unggul juga dalam segi biaya konstruksi.
Dengan tinggi jembatan berkisar 20 – 30 m dan panjang bentang 60 m, ruas ini nantinya dilengkapi 3 jembatan yang dilakukan dengan metode unibridge. Jembatan ini dinamakan Jembatan Gadang 1 dan Jembatan Gadang 2, berlokasi di Desa Pulo Gadang, Kecamatan XIII Koto Kampar, sementara Jembatan Alai 1 berlokasi di Desa Tanjung Alai, Kecamatan XIII Koto Kampar.
Jalan tol dengan jembatan unibridge ini nantinya akan menjadi pertama di Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS). Metode unibridge yang ditemukan oleh Matiere ini memiliki keunikan dari sisi pelaksanaan pekerjaan jembatan.
Salah satunya yaitu sambungan antar segmen jembatan yang digunakan hanya pin baja bermutu tinggi, untuk hasil pengerjaan yang bermutu dan kualitas tinggi dan mempermudah pelaksanaan pekerjaan.
Koentjoro menambahkan jalan tol yang dibangun sejak pertengahan 2019 dengan total panjang 24,7 km ini mencatatkan progres yang signifikan dan optimis rampung sesuai target di akhir tahun 2023.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: harianhaluan.com
Artikel Terkait
Kerangka Manusia Kwitang: Polda Metro Jaya Ambil Alih Penyidikan, Ini Update DNA Terbaru
Hutama Karya KSO Borong Proyek Jalan Papua Rp 4,8 Triliun, Target Rampung 2027
Zohran Mamdani Kuliah di Bowdoin College: Profil dan Pendidikan Calon Wali Kota New York
Kasus 2 Kerangka di Kwitang Diambil Alih Ditreskrimum, Polisi Tunggu Hasil DNA