Ray menuturkan saat ini, Jokowi adalah sosok politisi yang disebutnya 'politisi kekuasaan'.
Dia menilai hal tersebut dapat terlihat dari aktivitas politik Jokowi setelah lengser sebagai Presiden RI.
Ray mengungkapkan, dari hal itu, Jokowi tidak memilih menjadi sosok 'politisi negarawan' yang melakukan aktivitas politis demi kepentingan publik.
"Rasanya Pak Jokowi tidak memilih yang 'politik negarawan'. Enam bulan terakhir ini misalnya, kita melihat wara-wiri Pak Jokowi di dunia politik masih cukup kental," ucapnya.
"Maka, besar dugaan, beliau akan memilih jalur politik kekuasaan tersebut," imbuhnya.
Ray mengungkapkan dengan gerak-gerik politik Jokowi tersebut, maka mantan Gubernur DKI Jakarta itu kemungkinan bakal memilih partai politik (parpol) seperti PSI untuk menjadi pelabuhan selanjutnya setelah dirinya dipecat sebagai kader PDIP.
Pasalnya, PSI dianggap bisa mengakomodir keinginan Jokowi untuk menempati posisi strategis.
Menurut Ray, hal tersebut belum tentu didapat Jokowi jika memilih parpol lainnya.
"Dalam bacaan saya, kemungkinan Pak Jokowi akan masuk ke parpol yang memberi tempat posisi strategis kepadanya. Untuk itu, PSI adalah pelabuhannya," tuturnya.
Di sisi lain, PSI pun akan 'naik kelas' sebagai parpol jika Jokowi masuk menjadi anggota partai tersebut.
"Jika itu yang terjadi, tentu saja, PSI akan diuntungkan," ujarnya.
"Pengaruh dan popularitas Pak Jokowi akan serta merta mengerek parpol ini ke lapisan yang lebih riuh," imbuhnya.
Sebelumnya, Jokowi mengaku masih memperhitungkan peluang kemenangan jika mendaftar menjadi kandidat calon Ketua Umum PSI.
Dia mengaku tidak ingin kalah jika sudah memutuskan untuk ikut dalam pemilihan ketua umum partai berlambang mawar tersebut.
"Ya masih dalam kalkulasi. Jangan sampai kalau nanti misalnya saya ikut, saya kalah," kata Jokowi di Solo, Jawa Tengah, Rabu (14/5/2025).
Kini, mantan Wali Kota Solo itu mengaku masih ingin menimbang apakah dirinya akan maju dalam pemilihan Ketua Umum PSI.
Hal tersebut lantaran sistem pemilihan one man one vote dinilai olehnya memberikan tantangan tersendiri.
"Belum (mendaftar). Kan masih panjang, seingat saya masih Juni. Ya belum tahu (seberapa besar peluang menang)," ucapnya.
"Yang saya tahu katanya mau pakai e-voting, one man one vote. Seluruh anggota diberi hak untuk memilih. Yang sulit di situ," tegasnya.
Sumber: Tribun
Artikel Terkait
Buku Gibrans Black Paper Disebut Dokter Tifa Bisa Jadi Senjata Pemakzulan
PKS Desak Pembangunan Terencana, Tolak Konsep Asal Cepat!
Soeharto Pahlawan? PDIP Menolak, Tapi Apa Dosa Mahasiswa 98 Disebut Penjahat?
Roy Suryo Cs Rilis Black Paper Gibrans Usai Jokowis White Paper, Benarkah untuk Makzulkan Wapres?