Syaufan mengatakan dari riset CISA ini bisa jadi melihat rekam jejak Jokowi bisa jadi jauh lebih penting dari urusan administratif akademik itu.
Ia menuturkan bisa jadi dari pengalaman, pengalaman, kesabaran, dan arah kebijakan itu bisa saja jauh lebih penting.
"Kita lihat, bagaimana Pak Jokowi begitu sabar saat menjabat Walikota Solo, ketika merelokasi pedagang kaki lima, kinerjanya selama menjabat gubernur Jakarta dan puncak karirnya menjadi presiden," ulas Syafuan yang menjadi pembahas survei itu.
Dalam fragmentasi itu, menurut dia, akan ada saja kelompok yang kerap menyoroti kelemahan siapa pun pemimpin nomor satu di republik ini.
"Nah bisa jadi kelompok yang selalu mengkritisi hal ini, tidak menyukai warisan kebijakan Pak Jokowi," ungkapnya.
Dari survei CISA itu, sebanyak 51.35 persen responden sangat percaya, dan 25.35 % responden cukup percaya terhadap klarifikasi yang diberikan oleh Jokowi.
Tren serupa dari riset itu, juga terlihat dari persepsi responden terhadap klarifikasi dari pihak UGM. Sebanyak, 47.35 % responden sangat percaya, 25.76 % cukup percaya dengan klarifikasi yang telah disampaikan oleh UGM.
CISA juga menggali tentang persepsi publik seberapa tepat langkah Jokowi menempuh proses hukum untuk memulihkan reputasinya terkait terpaan isu ijazah ini.
Lebih lanjut, Herry mengatakan bahwa, dari data survei 29.60 % responden menilai cukup tepat, 21.10 % menilainya tepat, dan 6.7 % responden menilainya sangat tepat.
Sedangkan, 18.5 % persen responden menilainya kurang tepat, dan 15.5 % menilainya tidak tepat.
Untuk diketahui, survei nasional ini diselenggarakan mulai 09 Mei dan berakhir pada 15 Mei 2025.
Survei ini bermaksud menggali pandangan publik tentang isu ijazah Jokowi.
Publik yang dimaksud dalam survei ini adalah masyarakat di atas 17 tahun atau yang sudah memiliki hak pilih terutama para ahli hukum, akademisi, praktisi/ pengamat pendidikan, peneliti, aktivis LSM/ NGO, mahasiswa, dan politisi yang secara sadar dan aktif mengikuti isu-isu (dinamika) politik juga hukum.
Metode survei yang digunakan wawancara tatap muka menggunakan whatsapp, zoom, dan google meet.
Pengambilan sampel Purposive ini adalah metode sampling dimana responden yang terpilih dan diambil sebagai sampel berdasarkan beberapa pertimbangan tertentu, memiliki kriteria khusus dan sesuai dengan tujuan penelitian.
Berdasarkan teknik sampling tersebut, jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 950 responden.
Margin of error dari ukuran sampel tersebut sebesar ±2,95 pada tingkat kepercayaan 95% .
Sumber: Tribun
Artikel Terkait
Ahmad Sahroni Didekati PSI Jadi Dewan Penasihat? Bertemu Bro Ron Usai Lama Tak Terlihat!
Dokter Tifa Bongkar Kejanggalan Salinan Ijazah Jokowi di KPU, Ini Fakta yang Ditemukan
Setahun Prabowo Memimpin: Geng Solo Harus Dituntaskan!
Listyo Sigit Naikkan Sejumlah Komjen, Prof Ikkar Beber Jurus Penyelamatan Keluarga Jokowi