Di Balik Ijazah dan Pasar Pramuka: Kesaksian Eks BIN Tentang Kebenaran Yang Dikubur!

- Senin, 11 Agustus 2025 | 09:35 WIB
Di Balik Ijazah dan Pasar Pramuka: Kesaksian Eks BIN Tentang Kebenaran Yang Dikubur!


Kolonel Purnawirawan Yang Tak Lagi Diam: Suara Dari Dunia Intelijen!


Oleh: Agus M. Maksum


Di negeri ini, kita terbiasa mendengar istilah “mantan intel.” Tapi sangat jarang, bahkan hampir tidak pernah, kita mendengar mereka bicara.


Dunia mereka tertutup, senyap, dan diselimuti kode etik yang tak tertulis: loyalitas, kerahasiaan, dan kesetiaan pada negara—seringkali tanpa ruang untuk bertanya, apalagi mengoreksi.


Namun, Kolonel Infanteri (Purn.) Sri Rajasa Chandra memutuskan keluar dari diam.


Ia tidak bicara karena ingin panggung. Ia tidak tampil untuk sensasi. 


Ia berbicara karena merasa ada kebenaran yang dikubur terlalu dalam, dan negeri ini butuh orang yang masih berani menggali.


Nama Sri Rajasa Chandra memang tidak populer.


Tapi di lingkungan intelijen dan operasi senyap, ia adalah nama yang dikenang.


Ia bukan tipikal perwira kantor yang menikmati karier di balik meja.


Ia adalah sosok lapangan, terlibat langsung dalam operasi di wilayah konflik seperti Aceh, menyusup di tengah ketegangan, menyamar di antara sumbu-sumbu kemarahan.


Ia pernah hidup dalam dunia infiltrasi, menyusuri apa yang disebut “garis dalam” metode penyusupan ke jantung kekuatan lawan yang hanya bisa dilakukan oleh segelintir orang.


Dan dari pengalaman itulah, ia memiliki satu keahlian khusus: membaca kebohongan dari selembar kertas.


Sri Rajasa adalah spesialis dokumen. Ijazah, paspor, visa, bahkan kuitansi proyek ia bisa membedakan mana yang lahir dari sistem legal negara dan mana yang dibuat jaringan ilegal.


Ia tidak hanya tahu, tapi juga mampu melacak siapa pembuatnya, kapan diproduksi, dan untuk kepentingan siapa.


Inilah keahlian yang kemudian membawanya ke ruang publik dalam isu sensitif: dugaan pemalsuan ijazah Presiden Jokowi.


Ia tidak berspekulasi. Ia tidak mengandalkan rumor. Yang ia bawa adalah potongan-potongan informasi dari berbagai simpul, saksi-saksi lapis dalam, dan jejak digital serta fisik yang tak terbaca publik.


Salah satu pusat perhatian dalam kesaksiannya adalah Pasar Pramuka, yang ia sebut sebagai jantung produksi dokumen palsu di Indonesia.


Apakah ini teori konspirasi? Tidak. Setidaknya, tidak menurut Sri Rajasa—karena ia pernah hidup di dunia konspirasi itu sendiri, dan tahu persis cara kerjanya.


Keberanian Sri Rajasa bukan hal baru. Ia pernah ditahan karena bersikukuh pada kebenaran dalam konflik internal.


Ia memilih mundur dari jabatan strategis di BNPB karena menolak kompromi integritas.

Halaman:

Komentar