Tujuannya jelas: merangkul kembali PDI Perjuangan dan kelompok-kelompok yang sebelumnya berada di barisan oposisi, sekaligus mengirim pesan tegas kepada Jokowi.
Langkah rekonsiliasi Prabowo ini seolah menjadi antitesis dari gaya kepemimpinan Jokowi.
Prabowo dinilai ingin menunjukkan bahwa eranya akan berbeda, lebih akomodatif terhadap perbedaan pandangan politik.
"Prabowo ingin menunjukkan bahwa ia berbeda dengan Jokowi yang kerap memenjarakan lawan politiknya," kata Ginting.
Dugaan pergeseran kiblat politik ini diperkuat dengan isu pembatalan perayaan 17 Agustus di Ibu Kota Nusantara (IKN) dan pemangkasan anggaran proyek warisan Jokowi tersebut oleh Prabowo.
Ini ditafsirkan sebagai cara Prabowo untuk menegaskan independensinya dan membangun legasinya sendiri, lepas dari bayang-bayang Jokowi.
Jika skenario ini berjalan, absennya Jokowi dari perayaan kemerdekaan akan menjadi penanda nyata keretakan hubungannya dengan Megawati.
Lebih dari itu, hal tersebut menjadi simbol pergeseran episentrum kekuasaan.
Panggung yang selama satu dekade terakhir dikuasai Jokowi, kini perlahan diambil alih oleh Prabowo yang semakin solid dalam mengukuhkan pengaruhnya, membuat Jokowi berpotensi kehilangan relevansi politiknya.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Pesan Natal Kardinal Suharyo: Seruan Pertobatan Pejabat di Tengah Maraknya Kepala Daerah Diciduk KPK
Pilkada Lewat DPRD: Hanya Akal-Akalan Elite Politik untuk Kekuasaan?
Pengakuan Yusril Ihza Mundur Demi Gus Dur Jadi Presiden 1999: Fakta Sejarah Terungkap
Hashim Djojohadikusumo Bantah Isu Lahan Sawit Prabowo: Klarifikasi Lengkap dan Fakta