10 Masalah Klaim Rektor UGM Terkait Ijazah Jokowi

- Kamis, 28 Agustus 2025 | 01:45 WIB
10 Masalah Klaim Rektor UGM Terkait Ijazah Jokowi


PENJELASAN REKTOR UGM DILIHAT DARI ILMU LOGIKA


Oleh: Prof. Hanif Nurcholis

Profesor di STIA LAN


Pengantar Logika: Proposisi Aksiomatik vs. Spekulatif


Dalam ilmu logika, setiap pernyataan (kalimat deklaratif) disebut proposisi. Kebenaran proposisi bisa diklasifikasikan menjadi dua:


1. Proposisi Aksiomatik


Yaitu proposisi yang pasti benar, tidak bisa disangkal.


Bersifat universal, berlaku di segala tempat dan waktu.


Contoh:


2 2 = 4


Semua bujangan adalah laki-laki yang belum menikah


Segitiga memiliki tiga sisi


Dalam logika, proposisi ini setara dengan axiom atau tautologi.


2. Proposisi Spekulatif


Yaitu proposisi yang bisa benar bisa salah, tergantung bukti empiris atau penjelasan saksi fakta.


Kebenarannya tidak mutlak, hanya relatif.


Contoh:


Besok hujan di Yogyakarta (bisa benar, bisa salah).


Mahasiswa selalu rajin belajar (bisa benar, bisa salah).


Semua pejabat jujur (ini lebih cocok jadi bahan tertawa).


Dengan kacamata ini, kita bisa menguji proposisi-proposisi yang diucapkan Bu Rektor UGM soal ijazah Presiden Jokowi.


10 Proposisi Bu Rektor UGM


1. “Ijazah Presiden Jokowi asli dan dikeluarkan resmi oleh UGM.”


Spekulatif: bisa benar jika arsip asli lengkap, bisa salah bila ternyata hanya fotokopi.


2. “Tidak ada keraguan sedikit pun tentang keaslian ijazah tersebut.”


Spekulatif: justru karena ada keraguan publik, klarifikasi ini muncul. Kalau betul “tidak ada keraguan”, maka proposisi ini seharusnya tidak pernah perlu diucapkan.


3. “Proses akademik yang ditempuh Presiden Jokowi sesuai dengan aturan universitas.”


Spekulatif: aturan bisa diikuti, bisa juga dilonggarkan.


Kasmudjo, dosen yang disebut pembimbing, justru menyangkal pernah membimbing skripsi.


4. “Semua data akademik Presiden Jokowi tersimpan rapi di arsip UGM.”


Spekulatif: klaim arsip rapi bisa benar, bisa salah (apalagi bila yang ditunjukkan hanya salinan).


5. “Seluruh dosen yang mengajar pada masa itu dapat mengonfirmasi keabsahan studinya.”


Spekulatif: cukup satu dosen menyangkal (Kasmudjo), klaim universal ini gugur.


6. “UGM selalu menjaga integritas akademik tanpa kompromi.”


Spekulatif: ideal, tapi dalam praktik semua universitas bisa saja pernah berkompromi.


7. “Publik tidak perlu lagi mendebatkan isu ijazah karena semuanya sudah jelas.”


Spekulatif: kalau memang jelas, publik tidak akan berdebat. Fakta adanya perdebatan justru membantah proposisi ini.


8. “Tidak ada satu pun bukti sahih yang menunjukkan ijazah itu palsu.”


Spekulatif: ini fallacy argumentum ad ignorantiam (tidak ada bukti ≠ bukti ketiadaan).


9. “Sebagai universitas, kami menjamin 100% bahwa ijazah Presiden Jokowi valid.”


Spekulatif: dalam logika, tidak ada klaim empiris yang bisa 100% benar. Hanya aksioma matematika yang absolut.


10. “Dengan ini, UGM menutup semua perdebatan terkait ijazah Presiden.”


Spekulatif: debat bukan bisa ditutup dengan deklarasi, tapi berhenti sendiri bila semua premis sudah aksiomatik.


Bagi publik umum, pidato Bu Rektor terdengar serius. Tetapi bagi yang belajar logika, jelas bahwa semua proposisi itu bukan aksiomatik, melainkan spekulatif.


Maka mahasiswa logika berbisik pada temannya sambil tertawa:


“Yang dipaparkan Bu Rektor itu bukan kuliah umum, tapi stand-up comedy logika.


Serius tapi lucu.


Premis-premisnya spekulatif semua. Tidak ada yang aksiomatik. Dan dosen kuncinya, Kasmudjo, justru memperkuat bahwa proposisinya salah.


Inilah bukti bahwa ngomong tanpa logika bisa lebih lucu daripada lawakan di televisi. Apalagi yang melucu rektor UGM. Jadi super lucu.” ***

Komentar