“Ratusan triliun duit MBG ini, bahkan saat kamu hanya dapat 0,1% saja dari nilai proyek, itu sudah setara 100 miliar per tahun. Bancakan ujung ke ujung, dari Aceh sampai Papua.”
Di sisi lain, ia mengatakan proyek itu seolah dibuat dengan niat yang baik.
Digembar-gemborkan sebagai untuk masa depan anak bangsa.
“Lantas di atas sana, biang proyek ini bergaya sekali bilang: demi anak-anak Indonesia! Demi masa depan bangsa dan negara,” ucapnya.
“Nope! MBG ini demi proyek! Dipaksakan. Karena inilah cara terbaik bagi-bagi duit ke politisi-politisi di daerah-daerah. Ke elit-elit di daerah,” sambungnya.
Sementara pekerja di dapur MBG, hanya digaji Upah Minimum Provinsi (UMP) atau Upah Minimum Regional (UMR.
Sedangkan investor dan pemilik dapur bisnisnya tidak akan rugi.
“Kalian yang kerja di dapur-dapur, cuma dapat upilnya saja my friend. Digaji UMP/UMR,” pungkasnya.
“Sementara investor-investornya, pemilik dapurnya, wah wah, mereka tertawa bahak. Bisnis tak kenal rugi. Pembelinya sudah ada. Pemerintah. Dengan anggaran ratusan triliun tiap tahun,” tandasnya.
Sumber: Fajar
Artikel Terkait
Dokter Tifa Klaim Ijazah Jokowi di Polda Metro Berbeda 100% dengan Bareskrim
Yenny Wahid Ungkap Menteri Ngotot Kasih Izin Tambang ke NU, Ini Motif Politiknya
Jimly Asshiddiqie: Hanya 3 Pihak Ini yang Berwenang Batalkan Perpol 10/2025
Mahfud MD: Kalau MK Rusak, Saya Dobrak dari Dalam - Tegaskan Komitmen Jaga Integritas