Sebaliknya, jika hal itu belum tercapai, publik akan melihat upaya itu hanya sebagai orientasi kekuasaan.
"Boleh-lah bicara apapun kalau memang visi misi dan janji politiknya itu memang sudah sesuai dengan harapan rakyat. Tanpa itu semua, maka yang dilihat oleh publik hanyalah semacam orientasi kekuasaan yang jauh lebih dominan dibandingkan dengan membuktikan kinerja. Intinya bagi pihak yang kontra kerja dulu, buktikan dulu baru kemudian bicara tentang dua periode," ujarnya.
Adi pun memandang dalam konteks politik di Indonesia, tidak istilah terlalu dini untuk memperebutkan kekuasaan.
Menurutnya, hal itu menjadi suatu hal yang lumrah.
"Kalau kita mau jujur sebenarnya secara alamiah politik di Indonesia itu apa yang disebut oleh (Harold Dwight) Lasswell sebagai politik soal how to get the power. Politik kita itu sesederhana untuk mendapatkan kekuasaan," katanya.
"Baru selesai dilantik, baru selesai mendapatkan kekuasaan, sudah berpikir bagaimana memenangkan pertarungan. Bagaimana misalnya bicara tentang pertarungan politik di masa-masa yang akan datang di Indonesia, itu perkara biasa," jelasnya.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Projo Hapus Wajah Jokowi di Logo: Analis Sebut Strategi Akal-Akalan yang Telat
Projo Dukung Jokowi, Pengamat Sebut Ada Upaya Rongrong Kepemimpinan Prabowo
Bimteknas PKS 2025: Strategi Penguatan Pejabat Publik untuk Pelayanan Inovatif
Puan Maharani Soroti Utang Kereta Cepat Whoosh, DPR Bakal Bahas Tuntas