“Ini loh institusi yang mengerikan itu 10 tahun dilakukan ya rezimnya Jokowi ya menggunakan buzzer,” ungkapnya.
Namun, Erros optimistis bahwa kekuatan buzzer mulai mengalami kemunduran.
“Sekarang buzzer-buzzer nya mulai mulai kesulitan karena apa? Karena ada artificial intelligence,” jelasnya.
Dalam percakapan tersebut, politikus ini tidak hanya mengkritik, tapi juga menyerukan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap arah bangsa.
“Sistem semua hampir hancur berantakan maka inilah saatnya untuk mengevaluasi secara total,” tegasnya.
Ia juga menyayangkan reformasi yang dijanjikan oleh Presiden tidak kunjung terwujud secara nyata.
“Janji Pak Presiden untuk melakukan reformasi di segala bidang… ya termasuk juga kemarin kalau kita lihat tuntutan teman-temannya 17 8 ke DPR itu,” ungkapnya, merujuk pada janji-janji yang belum terealisasi.
Erros menekankan bahwa kritiknya bukan ditujukan untuk menjatuhkan tokoh tertentu, melainkan sebagai bentuk kecintaan terhadap Indonesia.
“Makanya kita harus bantu Mas Prabowo ini ya kan. Saya kalau ngomongin doang, ‘Wah, Mas Erros kenapa sih selalu bantuin Prabowo?’ Bukan itu, saya bantuin Indonesia kok,” ujarnya.
Pernyataan Erros Djarot ini menjadi pengingat keras bahwa demokrasi memerlukan pengawasan publik dan keberanian untuk bersuara, termasuk terhadap kekuasaan yang sedang berjalan.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Rekam Jejak Anies Baswedan & Proyek Whoosh: Dulu Dukung, Kini Kritik APBN
Alasan PP Muhammadiyah Tolak Soeharto Jadi Pahlawan Nasional: Status Hukum Jadi Penghalang
Risiko Hukum Prabowo: Bahaya Korupsi Lunasi Utang Kereta Cepat Pakai APBN
Kritik Agus Pambagio: UI Bukan Perusahaan, Tolak Corporate Culture untuk Dekan