Ia membedakannya secara tegas dengan "payung politik" yang biasa diberikan oleh partai-partai Islam formal.
Menurutnya, Abu Bakar Ba'asyir bukanlah representasi partai, melainkan seorang tokoh kultur politik muslim yang pengaruhnya mengakar kuat di level masyarakat, sebuah kekuatan yang tidak bisa diabaikan.
“Abu Bakar Ba'asyir ada di situ sebagai tokoh Islam, tokoh kultur politik yang muslim, bukan politik muslim,” jelasnya, Kamis (2/10/2025).
Dugaan bahwa pertemuan ini adalah upaya mencari perlindungan semakin kuat jika menilik rekam jejak hubungan antara pemerintahan Jokowi dan kelompok politik Islam.
Rocky mengingatkan publik bahwa di masa lalu, terjadi ketegangan hebat yang bahkan berujung pada pemenjaraan Abu Bakar Ba'asyir.
Langkah Jokowi menemuinya kini bisa dibaca sebagai upaya rekonsiliasi yang sarat kepentingan.
“Apakah itu simbol rekonsiliasi? karena ada ketegangan politik era Presiden Jokowi dengan politik Islam pada waktu itu yang menyebabkan Pak Abu Bakar Ba’asyir dipenjara,” ungkap Rocky.
Pertemuan ini, dalam kacamata Rocky, bisa menjadi cara Jokowi untuk mengirimkan sinyal bahwa ia mampu merangkul semua kalangan, termasuk figur yang pernah menjadi oposisi keras pemerintahannya, demi sebuah tujuan politik yang lebih besar.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Victor Rachmat Hartono Dicegah ke LN: Kasus Pajak PT Djarum yang Menggegerkan
Menkeu Purbaya Tegas: Thrifting Ilegal Tak Akan Dilegalkan, Meski Bayar Pajak!
Denny Indrayana Soroti Polemik Ijazah Jokowi: Beda Kelas dengan Keterbukaan Arsul Sani
Analisis Polemik Ijazah Jokowi: Keraguan Publik & Kekuasaan yang Dipertanyakan