Pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menunjukkan tren melambat yang signifikan. Pada Maret 2025, pertumbuhan KPR hanya 8,89% yoy, turun drastis dari 14,26% di tahun sebelumnya. Data per Juni 2025 semakin mempertegas kondisi ini dengan pertumbuhan hanya 7,8% dari 14% di Juni 2024.
2. Harga Rumah Tidak Terjangkau
Ketimpangan antara harga rumah dan penghasilan masyarakat menjadi masalah utama. Rata-rata harga rumah di Indonesia mencapai Rp18,3 juta per meter persegi, sementara rata-rata pendapatan tahunan hanya Rp37,8 juta. Artinya, hampir setengah penghasilan setahun hanya cukup untuk membeli satu meter persegi rumah.
Berdasarkan data Bestbrokers, Indonesia menempati posisi ke-4 sebagai negara dengan harga rumah paling tidak terjangkau di dunia pada 2024.
3. Suku Bunga dan Uang Muka Tinggi
Survei Bank Indonesia (SHPR) Kuartal I 2025 mengidentifikasi beberapa hambatan struktural, termasuk kenaikan harga bahan bangunan, suku bunga KPR, perizinan, uang muka KPR, dan beban perpajakan. Kombinasi faktor ini membuat banyak calon pembeli terhalang oleh biaya awal dan persyaratan yang berat.
4. Permintaan Terbatas dan Backlog Besar
Meskipun porsi KPR terhadap total kredit nasional tercatat 10,16% pada Maret 2025, realisasi pembelian rumah masih jauh dari optimal. Backlog rumah di Indonesia pada 2025 diperkirakan mencapai 15 juta unit, menunjukkan kesenjangan besar antara kebutuhan dan realisasi pembelian melalui kredit.
Artikel Terkait
Bursa Asia Anjlok: Penyebab, Dampak ke Indonesia, dan Prediksi ke Depan
Analisis IHSG Hari Ini: Proyeksi 8.150-8.350 Dipicu Data Ekonomi Q3 2025 & Rebalancing MSCI
Semangat Cokroaminoto & Program Koperasi Desa Merah Putih: Strategi Menkop Ferry Bangun Ekonomi Umat
Harga Emas Antam Turun Rp 26.000/Gram Hari Ini! Cek Daftar Lengkap Semua Pecahan